Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu cara berlibur sekaligus beraksi sosial adalah dengan mengikuti
volunteerisme. Misalnya, membantu organisasi nonprofit yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan. Sembari menyambangi kawasan berlanskap eksotis, wisatawan juga membantu sesama makhluk hidup.
Apalagi belakangan kasus perusakan lingkungan kian marak, yang berujung menyempitnya habitat satwa. Belum lama, tersiar kabar orangutan bernama Shelton ditemukan terluka parah dengan peluru bersarang di tubuhnya. Dia mengalami kebutaan permanen di mata kanannya.
CEO Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS) Jamartin Sihite yang akrab disapa Martin mengatakan, jumlah orangutan di Indonesia yang tersebar di Kalimantan dan Sumatera hanya tinggal sekitar 60 ribu. Jumlah ini semakin rawan punah karena orangutan sering kali diperjualbelikan untuk dijadikan peliharaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika ada kasus kebakaran hutan, banyak orangutan diambil warga. Induknya dibunuh sedangkan anaknya dijadikan peliharaan. Tentu saja ini sudah menyimpang karena orangutan harus hidup di hutan, bukan dengan manusia," kata Martin saat konferensi pers #ClimbForOrangutan di Gedung SMESCO, Jakarta Selatan, Kamis (6/11).
Dia menjelaskan Yayasan BOS berperan sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang nantinya dibebaskan ke hutan. Dua pusat rehabilitas BOS berada di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, dan Samboja Lestari, Kalimantan Timur. Dia mengklaim telah berhasil menyelamatkan 2.200 orangutan.
Namun masih ada 750 orangutan yang masih berada di pusat rehabilitasi BOS karena belum siap dilepaskan ke hutan. "Perlu biaya sekitar Rp 2,5 - 3,5 juta untuk seekor orangutan setiap bulannya. Oleh karena itu, kami perlu donasi dari masyarakat," kata Martin.
Kampanye #ClimbForOrangutanWaktu rehabilitasi untuk satu orang utan agar siap melangkah ke alam bebas adalah sekitar tujuh tahun. Martin juga mengatakan, orangutan yang masuk ke yayasannya sering kali dalam kondisi menyedihkan, seperti buta, jari atau lengannya buntung, serta yatim piatu.
Pihaknya membuka program adopsi, di mana masyarakat dapat menyumbang sekian rupiah untuk menolong para orangutan ini. "Namun bukan berarti orangutan ini bisa dibawa pulang dan dipelihara. Masyarakat cukup menyumbang untuk membantu kami memulihkan mereka," kata Martin menjelaskan.
Paket adopsi tersebut ada empat, yaitu paket bulanan di mana masyarakat menyumbang Rp 100 ribu per bulan, paket enam bulan yaitu Rp 500 ribu, paket 12 bulan yaitu Rp 1 juta, serta
special adoptee yaitu Rp 1,5 juta.
Anda juga bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan orangutan. Salah satunya dengan foto diri yang sedang memanjat lalu menyebarkannya lewat media sosial dengan
hashtag ClimbForOrangutan. Ide kampanye ini diluncurkan oleh Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan hewan langka ini.
Melalui kampanye ini, para aktivis ingin menyebarkan pesan bahwa kondisi orangutan saat ini semakin tersingkir dari hutan dikarenakan pembakaran hutan untuk berladang atau perkebunan kelapa sawit.
Di sisi lain, Putri Indonesia 2010 Nadine Alexandra serta Fade 2 Black turut bergabung untuk kampanye #ClimbForOrangutan ini. "Ini isu yang sangat penting dan kita harus beraksi. Kalau Anda punya uang untuk nongkrong di kafe, mungkin sekarang Anda bisa menyisihkannya sebagian untuk donasi yang hanya Rp 100 ribu per bulan," kata Nadine.
Dia juga mengatakan akan lebih gencar mempromosikan kampanye ini lewat media sosial. Sementara itu, Lezzano dari Fade 2 Black menekankan pentingnya fungsi media untuk penyebaran kampanye ini.
"Sudah terlalu banyak berita negatif yang diberitakan media. Sekarang saatnya berita semacam ini diangkat," katanya. Dia menambahkan, "Kampanye ini merupakan wujud kasih nyata yang sederhana. Semoga banyak orang sadar, peduli, dan tersentuh."