Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelajahi berbagai wilayah di seluruh dunia adalah salah satu hal yang patut diabadikan lewat foto dokumentasi. Namun, bagi Luis Simoes, foto tak lagi berperan penting dalam perjalanan istimewanya. Foto tak lagi bicara dalam hidupnya. Ia tak lagi berpikir untuk membuat semua teman-temannya cemburu lewat foto-fotonya di belahan dunia lain yang diunggahnya dalam Facebook, ataupun berfoto
selfie lewat ponselnya.
Dua tahun belakangan, Luis sudah mengunjungi 29 negara di seluruh dunia. Ia melintasi beberapa wilayah Eropa dan Asia. Ia punya cara unik untuk bisa mendokumentasikan perjalanan sebagai sebuah kenangan indah dalam hidup.
Dibanding mengabadikan lewat bidikan kamera, desainer 3D dari Lisbon, Portugal ini lebih memilih untuk menggambar negara-negara yang pernah dikunjunginya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seribu sketsaIa sudah mengisi sekitar 20 dari 60 halaman buku sketsanya. Buku sketsa ini dipenuhi dengan lukisannya yang menggambarkan kehidupan dari Milan sampai Mongolia.
Sampai saat ini, ia sudah memiliki skeitar 1200-an sketsa dari semua perjalanannya. Mulai Jepang, Swedia, Perancis, Tiongkok, Mongolia, Norwegia, Rusia sampai Jerman. Beberapa gaya melukisnya (khususnya di Jepang) terlihat seperti gaya lukis komikus. Beberapa lukisan lainnya banyak yang mirip dengan goresan kuas cat air penuh warna.
"Saya
traveller yang lambat (berjalan), sangat lambat," katanya kepada CNN. "Yang saya pelajari adalah saya punya waktu untuk bisa melihat berbagai hal dan budaya yang ada. Saya bisa berada di satu tempat selama tiga jam, ini akan memberi saya waktu untuk bisa lebih menyatu (dengan tempat tersebut). Inilah yang saya coba untuk gambarkan, sebuah perasaan yang kuat dan bukan hanya momen tertentu," katanya.
Melukis sebuah tempat, baginya memberikan sebuah pandangan lain dalam melihat berbagai hal. "Sampai sekarang saya sudah berkeliling ke berbagai negara dan sudah banyak menangkap suasana saat berjalan-jalan. Saya tidak hanya menggambar gedung indah, saya mencoba menangkap kehidupan di sekitar bangunan dan bagaimana mereka berhubungan dengan gedung tersebut," ucapnya.
Dengan sketsanya, ia berusaha untuk memberi cerita yang dialaminya dalam setiap gambar. Gaya lukis Luis kini berubah. Ia tak hanya menggambar lokasi menarik bagi para turis, misalnya Sagrada Familia di Barcelona atau Menara Eiffel di Paris. Di Jepang, dibanding menggambar Tokyo Tower, ia memilih menggambar kapsul hotel yang unik. Di Perancis, ia menggambar Katedral Notre Dame. Tak sekadar menggambar bangunan, ia juga menggambar katedral ini lengkap dengan para pengunjung yang berfoto atau sekadar duduk-duduk.
Duduk di satu tempat beberapa lama bisa memungkinkannya bisa belajar banyak hal tentang budaya. Selain mengamati, ia juga bisa merekam semua hal yang dilihatnya dalam benak, melebihi apa yang bisa dilakukan kamera digital.
"Anda bisa belajar budaya, bagaimana orang menyapa satu sama lain, memeluk saat bertemu, atau melihat mereka saat sedang makan es krim di bangku taman," ujar Luis. "Saya sekarang menggambar sebuah cerita."
Sebelum melukis, ia mencoba untuk menjalin relasi dengan setiap orang yang ingin dilukisnya. Ini dilakukannya untuk mendapatkan
feeling yang lebih kuat dalam setiap ceritanya.
(Lihat lukisan Luis
di sini )