Jakarta, CNN Indonesia -- Sepekan kemarin, Presiden RI Joko Widodo melakukan lawatan ke sejumlah negara. Dalam foto-foto yang diedarkan secara resmi di berbagai media massa, tampak Joko Widodo, yang juga dikenal dengan nama lain Jokowi, mengenakan busana resmi jas lengkap dan kemeja batik. Penampilan Jokowi ini mendapat perhatian dari perancang busana terkenal Musa Widyatmodjo.
"Saya bingung, kenapa kepala negara kita seolah malu mengenakan busana teluk belanga, lebih memilih berjas dan berdasi," katanya kepada CNN Indonesia melalui sambungan telepon, beberapa waktu lalu. "Bila kita menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka, seharusnya kita bangga dengan jati diri bangsa kita sendiri. Teluk belanga sangat cocok dikenakan di acara formal dan sangat merepresentasikan Indonesia."
 Di antara pemimpin negara Asia Tenggara, hanya Presiden Myanmar Thein Sein yang berbusana nasional. (REUTERS/Soe Zeya Tun) |
Saat berada di Myanmar (12/11), Jokowi mengenakan busana jas lengkap, sementara Presiden Myanmar Thein Sein dengan bangga mengenakan busana tradisionalnya, atasan putih dan sarung ungu. Dalam pandangan Musa, Jokowi seharusnya juga mengenakan busana yang menunjukkan identitas bangsanya, yaitu teluk belanga: peci hitam, jas tutup pinggang, kain penutup pinggang dan celana panjang hitam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pakemnya sudah ada. Dalam sebuah buku yang ditulis perancang busana Edward Hutabarat mengenai busana nasional, pakem busana teluk belanga sudah dipaparkan. Bila Jokowi mau berubah, menunjukkan jati diri bangsa Indonesia, saya yakin, semua pejabat di pelosok Indonesia akan melakukan yang sama," kata Musa sembari menyebut SBY pernah mengenakan teluk belanga saat melawat ke Inggris dan Singapura.
Soal kemeja batik yang dikenakkan Jokowi selama lawatan kenegaraannya, pekan lalu, Musa menegaskan, pemakaian batik ada tata kramanya. "Kita perlu tahu mana kemeja batik yang formal, semi formal dan kasual. Dalam konteks pertemuan persahabatan antarnegara yang bukan formal, pilihan Jokowi berkemeja batik adalah
movement yang cukup bagus.
 "Jokowi harus bisa menempatkan diri: kapan harus mengenakan kemeja batik, teluk belanga," kata Musa. (REUTERS/G20 Australia/Handout) |
"Jadi Jokowi harus bisa menempatkan diri: kapan harus mengenakan kemeja batik, teluk belanga.
Forget it deh, soal jas dan dasi," katanya. Lulusan Drexel University di Phidelphia, Amerika Serikat, ini menyayangkan bila bangsa Indonesia kurang mengapresiasi sesuatu miliknya sendiri. "Bila kita bisa tampil secara berwibawa sembari menunjukkan identitas, harkat dan martabat bangsa, mengapa tidak kita lakukan?"
Saat ditanya soal busana lain Jokowi, Musa menyampaikan pandangannya. Pilihan kemeja kotak-kotak dalam rangka kampanye Pilpres, disebut Musa, sebagai
movement yang bagus sekali. "Disadarai atau tidak disadari, inilah
the power of clothes, kekuatan pakaian." Lalu, soal pilihan kemeja putih lengan panjang, Musa pun menilai, sangat pas sebagai busana kerja sehari-hari.
"Tetapi Jokowi tidak bisa membawa kemeja putihnya ke dalam semua acara. Dia kini bukan sekadar Jokowi, dia adalah Presiden RI, ikon bangsa Indonesia. Dia adalah panutan, baik di dalam negeri maupun luar negeri," kata pendiri dari PT. Musa Atelier. "Intinya, pemilihan busana berdasarkan warna bisa juga digunakan sebagai alat komunikasi."
Jokowi dikenal sebagai sosok yang membumi, tidak gemar jor-joran, termasuk dalam berpakaian. Musa beropini, busana murah bukan berarti memalukan, melainkan tergantung kepintaran seseorang dalam berbusana dan berkomunikasi. Fesyen tidak harus mahal. Berpenampilan yang baik dan benar sekaligus membanggakan bisa saja dengan harga murah. Yang terpenting: mendukung produk dan kreativitas lokal.
 "Jokowi tidak bisa membawa kemeja putihnya ke dalam semua acara. Dia kini bukan sekadar Jokowi, dia adalah Presiden RI, ikon bangsa Indonesia." (ANTARA FOTO/Ekho Ardiyanto/Rei/Spt/14) |
Selanjutnya, Musa mencontohkan busana yang dikenakan anggota keluarga Jokowi saat pelantikan, 20 Oktober lalu. Bila ditilik satu per satu, tidak ada yang salah dengan pilihan busana yang dikenakan Jokowi, Ibu Negara Iriana dan ketiga putra putrinya. Namun begitu disatukan dalam sebuah foto keluarga, "Kurang harmonis. Kelihatan
belang bentong-nya," kata Musa.
Musa menyarankan, pemilihan busana anggota keluarga presiden tidak harus kembaran, yang penting konsep atau esensi busananya benar dan detail. Hal ini penting bagi komposisi foto keluarga presiden yang disebar ke seluruh dunia. Musa mencontohkan foto keluarga Barack Obama yang selalu serasi satu sama lain. Memakai produk lokal, cara keluarga Obama menaikkan pamor perancang busana lokal.
Untuk itu, Musa memandang penting peranan
stylist atau konsultan busana. Di negara maju, peranan diplomasi busana dipegang oleh para konsultan yang memberikan arahan sehingga pemimpin negara mereka melakukan diplomasi busana, baik kepada rakyatnya maupun kepada dunia. "Keberadaan konsultan busana penting sekali, karena bahasa gambar urutannya nomor satu ketimbang bahasa beritanya."