Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus sebaran penyakit AIDS masih menjadi momok bagi banyak orang. Faktor penyebaran yang beragam, penyebab kematian sampai obat yang belum ditemukan menjadi salah satu penyebab ketakutan masyarakat.
"Persentase penyebaran AIDS pda laki-laki mencapai 54 persen, sedangkan perempuan sampai 29 persen," kata Prof dr Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan dalam siaran persnya.
Sementara itu, ada 17 persen orang penderita yang tidak melaporkan jenis kelaminnya. Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan data yang lebih mengejutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata kasus penyakit AIDS ini lebih banyak dialami oleh ibu rumah tangga. "Jumlah AIDS tertinggi adalah pada ibu rumah tangga, yaitu 6,539 persen," ujarnya.
Kerentanan perempuan terhadap HIV-AIDS lebih banyak disebabkan karena ketimpangan gender yang berdampak pada ketidakmampuan perempuan mengontrol perilaku seksual dari suami, serta kurangnya akses terhadap pelayanan pengobatan HIV-AIDS. Jika sang suami berperilaku seks berisiko seperti suka membeli jasa pekerja seks komersil dan pakai narkoba suntik, maka para istri ikut menanggung akibatnya.
Dibanding pekerja seks, ibu rumah tangga juga dianggap lebih rentan terhadap penularan HIV karena minim perlindungan. Pekerja seks masih bisa memaksa pelanggannya untuk memakai kondom, sementara ibu rumah tangga karena berbagai alasan sering tidak berdaya untuk meminta suaminya untuk memakai kondom saat berhubungan seks.
Lebih memprihatinkan lagi, ibu-ibu yang tertular HIV oleh suaminya sendiri masih berisiko untuk menularkannya lagi pada anak-anak kandungnya. Akibatnya, ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang tidak pernah pakai narkoba maupun membeli seks ikut menanggung akibatnya.
Faktor penularanDikutip dari
sciencemag, menurut data tahun 2014, ada 610 ribu orang yang menderita penyakit HIV. Angka penyebaran yang cukup tinggi ini disebabkan karena banyak hal.
Tjandra mengungkapkan, persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks heteroseksual berisiko. Penularan AIDS akibat cara ini mencapai 67 persen.
Selain itu, penyebaran virus HIV juga bisa terjadi karena adanya 'penyaluran' gen berisiko HIV dari ibu HIV ke anaknya. Risiko penularan ini mencapai angka empat persen.
Di Indonesia sendiri, dikatakan Tjandra, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya pengobatan. Sampai September 2014, tercatat sudah 1391 layanan konseling HIV-AIDS. Selain itu, tercatat sekitar 182 ibu-ibu yang meminta layanan PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak).