REVITALISASI TEMPAT WISATA

Revitalisasi Kota Tua Harus Libatkan Masyarakat

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Selasa, 09 Des 2014 18:20 WIB
Revitalisasi ini diharapkan bukan hanya mempercantik bangunan yang sudah lapuk, tetapi juga menghidupkan 'semangat' Kota Tua yang kini telah padam.
Kota Tua Jakarta (REUTERS/Darren Whiteside )
Jakarta, CNN Indonesia -- Revitalisasi Kota Tua kini tengah menjadi topik hangat bagi sebagian orang. CEO Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) Lin Che Wei mengatakan pihaknya menargetkan dapat memulihkan 26 titik di kawasan Kota Tua dalam dua tahun. 

Bila proyek ini berhasil, Kota Tua akan disulap menjadi salah satu pusat perekonomian di Jakarta serta tuan rumah dari berbagai acara yang menampilkan gaya hidup masyarakat urban. Akan tetapi, revitalisasi ini diharapkan bukan hanya mempercantik bangunan yang sudah lapuk, tetapi juga menghidupkan 'semangat' Kota Tua yang kini telah padam.

Arsitek kawakan Han Awal mengatakan Kota Tua adalah aset sejarah. Oleh karenanya, pemulihan sangat penting dilakukan untuk mempertahankan nilai sejarah tersebut. "Namun, perlu dipikirkan bahwa revitalisasi bukan hanya soal kosmetik, tetapi juga semangatnya," kata Han saat diskusi ‘Jakarta on the Move’ di Erasmus Huis, Jakarta, Selasa (9/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Han berpendapat pemulihan bangunan bersejarah juga harus berkesinambungan. "Kita bertanggung jawab pada sejarah. Dapat dimulai dari pertukangan," kata arsitek peraih penghargaan dari UNESCO karena jasanya atas konservasi Gedung Arsip Nasional.

Di sisi lain, Sosiolog Imam Prasodjo menekankan pentingnya pemetaan sosial saat melakukan revitalisasi suatu kawasan atau gedung. "Masyarakat sekitar sering kali dilupakan saat pemulihan kawasan dilakukan. Mereka tidak tahu apa-apa saat gedung di lingkungannya hendak direnovasi. Lalu, tiba-tiba saja, mereka digusur," kata Imam menjelaskan.

Meski begitu, ia mengatakan memang tidak semua kelompok masyarakat bisa dilibatkan dalam pembicaraan tersebut. "Setidaknya ajak tokoh masyarakat setempat serta sosialisasikan rencana vitalisasi kepada masayarakat yang tinggal dan mencari penghidupan di daerah itu," katanya.

Dengan begitu, masyarakat sekitar dapat mempersiapkan diri menerima perubahan tersebut. Mereka bisa menyusun strategi-strategi untuk kelanjutan hidupnya. "Arsitek terkadang melupakan unsur manusia dalam melakukan revitalisasi. Padahal, mereka seharusnya dijadikan subjek, bukan objek," katanya.

Ia menambahkan, "Bila masyarakat sekitar dilibatkan, maka mereka akan merasa memiliki gedung atau sarana yang dibangun. Libatkan mereka, jangan hanya terpaku pada struktur birokrasi," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia ini.

(yoh/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER