Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak kapan US$ 4 atau Rp 49 ribu menjadi harga normal secangkir kopi sederhana? Jawabannya, sejak kekurangan sumber daya kopi kian menjadi masalah serius. Tidak hanya harga naik, kualitas kopi juga akan ikut turun.
Kaget? Fakta tersebut berdasarkan studi yang dilakukan para peneliti Brasil, dan dipresentasikan pada pertemuan American Chemical Society.
Demi mengatasi keminiman kopi, pemasok kopi mencampur segala macam bahan pengisi yang tidak mudah terdeteksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dengan pasokan kopi lebih rendah di pasar, harga menjadi naik, dan mendukung aksi penipuan karena keuntungan ekonomi,” kata Suzana Lucy Nixdorf, profesor dari University of Londrina di Brasil.
Lalu apa saja bahan-bahan pengisi yang dicampur dengan kopi tersebut? Dilansir dari laman Womens Health, berikut adalah 14 bahan di kopi Anda yang bukan kopi. Biji acai, gandum, gula merah, chickory, jagung, biji kakao, biji sekam, kedelai, beras, tricticale (gandum hibrida), sirup pati, batang tanaman.
Anda tidak salah membaca benda terakhir, batang. Para peneliti mengatakan, bahan-bahan tambahan ditemukan saat panen, ketika petani memilih biji, dan dengan sembarangan atau sengaja mengumpulkan ranting, batang, buah kopi utuh, dan bahkan kotoran.
Bagaimana bisa bahan tersebut tidak terdeteksi? Setelah memanggang dan menggiling bahan baku, mustahil untuk bisa melihat perbedaan dari butiran murah yang dimasukkan ke dalam kopi, kata Nixdorf. Apalagi karena warna gelap kopi dan teksturnya yang berminyak.
Nixdorf dan timnya lalu menciptakan cara bagi para peneliti untuk menguji kopi dari ketidakmurniannya. “Dengan pengujian tersebut, sekarang kita bisa mengetahui dengan akurasi 95 persen kopi murni atau kopi yang telah dirusak.”
Saat ini para tim mampu menguji pada jagung, barley, gandum, kedelai, beras, kacang-kacangan, biji acai, gula merah, dan sirup pati. Pengujian pada bahan-bahan tambahan dilakukan dengan cara membandingkan kandungan karbohidrat murni kopi, seperti sidik jari gula, dengan kopi yang berpotensi dioplos. Kopi dengan bahan tambahan memiliki sidik jari yang berbeda dari kopi murni.
Tes tersebut semakin bermanfaa mengingat kita terus menyaksikan kekurangan kopi. Para peneliti menunjukkan bahwa Brasil yang biasanya menghasilkan 55 juta kantong kopi, diproyeksikan untuk membuat hanya 45 juta kantong tahun ini.
Hal itu disebabkan oleh kekeringan yang akan terjadi pada Januari lalu. Kekeringan terjadi akibat perubahan iklim pada umumnya. Dengan hasil kebun kopi yang signifikan lebih rendah, berarti juga cangkir kopi lebih sedikit 42 miliar .
Namun, batang dan kotoran barangkali bukan hal terburuk yang bisa terjadi dalam kopi Anda. Dave Asprey dalam bukunya
The Bulletproof Diet, kopi merupakan sumber utama jamur beracun. Bukan kopi sendiri masalahnya, tapi jamur pada kopi.
“Varietas kopi murah harganya lebih murah karena mereka memakai kualitas biji kopi rendah. Juga, memungkinkan biji kopi kualitas buruk dengan persentase biji kopi rusak (berjamur) lebih tinggi. “Perusahaan kopi lalu mengolahnya dengan teknik menambah rasa, tapi justru memperkuat jumlah racun.”
Bahkan, kopi Amerika memiliki standar jamur terendah di dunia. Asprey menyebut biji kopi tercemar tidak layak dijual di Eropa. Gejala terbesar meminum kopi berjamur adalah kabut otak. Pastikan Anda hanya mengonsumsi kopi bersih terbaik dari daftar kopi organik terbaik.
(win/utw)