KULINER LAUT

The Holy Crab : Sensasi Makan Kepiting Gaya Barbar

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Minggu, 11 Jan 2015 12:25 WIB
Makan kepiting pasti tidak bisa makan-makan cantik. Jari-jari tangan harus lincah menelusup sisi cangkang demi secuil dagingnya yang lembut.
Menu kepiting di The Holycrab, Jakarta. (CNNIndonesia/ Christina Andhika Setyanti)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski tinggi kolesterol, tapi kenyataannya, kepiting si binatang bercapit ini banyak disukai orang. Bukan cuma karena rasanya yang enak, tapi juga karena ada sensasi serunya untuk memecahkan cangkang serta mengorek dagingnya sampai lengkungan kulit keras terdalamnya.

Tetapi di mana pun, yang namanya makan kepiting, pasti tidak bisa makan-makan cantik. Jari-jari tangan harus lincah menelusup sisi cangkang demi secuil dagingnya yang lembut.

Menyadari bahwa seperti itulah nikmatnya menyantap kepiting, nampaknya konsep restoran The Holy Crab memang sangat cocok diterapkan di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Paling asik makan kepiting itu pakai tangan. Lagipula, orang Indonesia kan makan pakai tangan memang budaya Indonesia," kata Albert Wijaya, pemilik The Holy Crab.

Di Holy Crab, jangan harap seporsi kepiting akan disajikan di atas piring lengkap dengan sendoknya. Di restoran ini, Anda akan makan langsung di atas meja. Saat datang, para pelayan akan langsung membawa selembar kertas putih besar.

Kertas putih besar digunakan untuk mengalasi meja. Kepiting yang sudah dimasak sesuai pesanan akan dituangkan lansung ke atas kertas besar tersebut.

Setelah dituang ke atas kertas, kepiting, udang dan nasi bisa langsung disantap. Jemari Anda dan teman-teman bisa langsung beraksi melahap semua binatang laut ini.  "Cara makannya memang agak bar-bar," ujarnya.

Diakui Albert, konsep makan dengan tangan dan tanpa piring ini diadaptasinya dari Louisiana, Amerika Serikat.

Di Louisiana, usai menangkap hasil laut, para nelayan akan mengajak keluarga dan sahabatnya untuk berkumpul bersama dan menyantap tangkapannya.

"Cara makannya, semua seafood ini dituang di atas kertas koran, semuanya makan bersama di atas koran," katanya menjelaskan.

Citarasa Louisiana

Di restoran ini hanya ada dua jenis bumbu yang digunakan untuk mengolah seafood, yaitu original cajun dan garlic pepper.

"Di Louisiana, mereka hanya merebus kepiting dan udang dengan tambahan cajun powder," katanya. Namun di Indonesia, Albert mengaku melakukan beberapa penyesuaian citarasa. Karena masyarakat Indonesia suka dengan gaya mencocol, maka menghadirkan seafood dalam bentuk saus.

Dungeness crab, snow crab, king crab leg impor dan lobster atau jenis udang  ini disajikan dengan balut saus original cajun atau garlic pepper. Original cajun ini memiliki rasa yang gurih.

Namun, saus ini, memiliki citarasa bawang putih yang cukup kuat. Warnanya sausnya yang merah seolah mirip dengan bumbu saus padang. Namun tentunya tak sepedas saus padang.

Sedangkan bumbu garlic peppernya sekilas memiliki tampilan seperti sambal ijo khas Padang. Lagi-lagi tentunya tidak mirip. Seperti namanya, saus garlic pepper ini merupakan paduan dari bawang putih dan cabai. Namun sausnya cukup berminyak.

Bagi saya yang tak terlalu suka makanan berminyak, hal ini tentu agak mengganggu. Hanya saja, Albert mengatakan kalau minyak yang ada di dalam sausnya bukanlah minyak biasa. Ia menambahkan butter ke dalam sausnya.

Kepitingnya yang disajikan berukuran cukup besar. Dagingnya pun padat dan tebal. Pada dasarnya, daging kepiting ini sendiri memiliki rasa yang manis dan lembut. Hanya saja, jangan harap menemukan bumbu-bumbu yang menempel di dalam dagingnya. Bumbu tak meresap dalam dagingnya.

Salah satu penyebabnya adalah kepitingnya yang tak dipotong-potong kecil seperti yang biasa ditemukan di restoran seafood lainnya.

Untuk masalah yang satu ini, Albert memang mengakuinya. Namun dikatakannya, ia sengaja tidak menghadirkan kreasi seafood dengan bumbu yang meresap sampai ke dalam dagingnya.

"Sayang banget, karena kepitingnya punya kualitas yang bagus. Tanpa dibumbui dagingnya pun sudah enak. Jadi kenapa harus diresapkan bumbunya?" katanya.

Jadi bumbu ini, dikatakannya lagi hanyalah sebuah penyesuaian bagi lidah Indonesia. "Kalau mau ada yang cocol dengan bumbunya silakan saja," ucapnya lagi.

Bisa dikatakan, jika Anda pencinta seafood dengan citarasa yang meresap, restoran ini bukan untuk Anda. Namun, untuk pencinta citarasa asli seafood, inilah surganya.

Kapan lagi makan seafood impor dengan rasa asli yang menggugah selera dan tak perlu jaim makan dengan cara bar-bar? Tak ada yang akan melihat sinis pada Anda karena kotoran sisa makanan berceceran di atas meja.

Cabang baru menu baru

Ilustrasi menyantap kepiting. (GettyImages/ China Photos)


Melihat antusiasme pengunjung, restoran yang buka mulai sore sampai malam hari ini, sang pemilik memutuskan untuk buka cabang baru. Ia membuka cabang barunya di Petitenget, Bali.

Sedikit berbeda dengan di Jakarta, di Bali, mereka punya menu spesial. Menu ini antara lain lobster roll, shrimp roll, crab roll, dan crab cake. Aneka menu roll ini merupakan menu kreasi mirip hot dog, namun diisi dengan irisan lobster, kepiting, dan udang rebus yang dicampur dengan mayonaise.

Secara umum, menu baru ini terasa cukup enak. Potongan kepiting, udang dan lobster yang cukup royal. Namun rasanya agak sedikit tawar. Beruntung, roti yang dipanggang dengan sedikit butter ini punya rasa yang lebih enak dan gurih dibanding rasa "salad udangnya."

Namun hal yang berbeda terasa pada crab cake atau perkedel kepiting. Dagingnya memang tebal, namun rasa dan aroma amis dari kepiting masih terasa sangat kuat. Saya justru lebih memilih kentang goreng berlumur bumbu yang sedikit pedas.

Satu hal lagi yang disayangkan, menu-menu yang light ini hanya disajikan di cabang terbaru The Holy Crab di Bali yang dibuka tanggal 14 Januari 2015 mendatang. (chs/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER