Lima Salah Kaprah tentang Pernikahan

Windratie | CNN Indonesia
Jumat, 13 Feb 2015 08:25 WIB
Benarkah jika benar-benar mencintai pasangan, maka gairah tak memudar?
Sebagian mitos pernikahan bahkan membuat seseorang ragu untuk melanjutkan berkomitmen seumur hidup. (SplitShire)
Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak mitos beredar seputar pernikahan. Sebagian bahkan ada yang membuat seseorang ragu untuk melanjutkan berkomitmen seumur hidup.

Jangan terjebak oleh mitos-mitos tentang pernikahan yang ada. Berikut adalah enam salah kaprah terbesar tentang pernikahan yang selama ini dipikirkan kebanyakan perempuan.

1. Setengah dari pernikahan berakhir dengan perceraian

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada pertengahan '80-an, tingkat perceraian meningkat sekitar 66 persen, kata Terri Orbuch, profesor riset dari University of Michigan Institute for Social Research yang juga penulis buku 5 Simple Steps to Take Your Marriage From Good to Great.

Data tersebut jauh lebih rendah dari sekarang. Menurut data Biro Sensus Amerika Serikat pada 2009, sekitar 30,8 persen pernikahan pernah berakhir dengan perceraian. Lalu, berdasarkan penelitian pada 2011 dari setiap 1000 orang dewasa hanya 3,6 persen orang yang bercerai.  

2. Pasangan bahagia tak pernah bertengkar

“Kurangnya konfliknya menandakan Anda tak berurusan dengan hal-hal penting,” kata Orbuch. Profesor yang juga penulis itu telah mempelajari lebih dari 350 pasangan selama 28 tahun. Dia menemukan, pasangan bahagia pun mengalami pertengkaran.

Terlebih, penelitian dari University of Tennessee melaporkan, pasangan mengakui hadirnya 'bercak kasar' dalam pernikahan membuat mereka merasakan hubungan lebih dalam dalam jangka panjang.

“Yang membedakan pernikahan bahagia dengan pernikahan tak bahagia adalah, bahwa pasangan belajar bagiamana menangani konflik dan perbedaan pendapat dengan cara sehat dan produktif,” kata Orbuch menjelaskan.

3. Pasangan yang memiliki anak lebih bahagia

Penelitian dari Universitas Terbuka, Inggris, menemukan bahwa pasangan menikah tanpa anak, rata-rata, lebih bahagia dalam hubungan mereka, dari pasangan yang menjadi orang tua.

“Menurunnya kebahagiaan tidak selalu berarti cinta kedua pasangan berkurang satu sama lain,” ucap Orbuch melanjutkan.

“Itu berarti, jika semakin banyak tanggung jawab dan peran yang dimiliki (sebagai pasangan, orang tua, karyawan, bos, dan lain-lain), maka kian sedikit waktu dan energi yang diberikan kepada pasangan, dan semakin kurang bahagia dia dalam salah satu peran tersebut.

4. Kehidupan seks pasangan menikah payah

Penelitian dari Pusat Kesehatan Seksual di Universitas Indiana melaporkan, perempuan menikah melakukan lebih banyak hubungan seksual daripada mereka yang berada dalam suatu hubungan tapi tak menikah.

Penelitian dari Universitas Pennsylvania pun sependapat, cinta dan komitmen akan membuat seks secara fisik lebih memuaskan bagi perempuan.

5. Jika benar-benar mencintai pasangan, gairah tak memudar

“Gairah didorong oleh kebaruan dan misteri,” kata Orbuch. “Gairah menurun dari waktu ke waktu. Namun akan digantikan dengan cinta yang berbeda. Cinta yang akan membuat umur pernikahan panjang serta kebahagian.”


(win/win)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER