Jakarta, CNN Indonesia -- Belakangan ini, makin banyak desainer yang menggunakan kain tradisional sebagai bahan utama pembuatan busana mereka. Motif bagus dan kombinasi beragam menambahkan nilai jual tersendiri. Belum lagi cap karya anak bangsa yang tentu saja membanggakan hati.
Keindahan motif kain tradisional Indonesia, salah satunya dibuat dengan teknik tenun, yang merangkai benang-benang menjadi pola tertentu dan akhirnya menjadi sebentang kain. Tapi bagaimana jika motif tenun dibuat dengan teknik menyulam? Desainer Indonesia ternama, Lenny Agustun mewujudkan hal tersebut.
 Borneo off beat karya Lenny Agustin di IFW 2015. (ANTARA FOTO/David Muharmansyah/pd/15) |
Lenny menerapkan sulaman motif tenun ke dalam 40 busananya yang dipamerkan di Indonesia Fashion Week 2015. Untuk rancangannya kali ini, Lenny menggunakan tema
Borneo off Beat. Borneo sendiri berarti Kalimantan, sedangkan
off beat berati keluar dari jalur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tenun Kalimantan biasanya detailnya manik-manik, tapi ini diaplikasikan dengan motif sulam," kata Lenny dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta Convention Center (JCC), pada Sabtu (28/2) malam.
Dalam mewujudkan busananya, Lenny bekerja sama dengan Yayasan Sulam Indonesia dan Antam yang melakukan pembinaan terhadap penduduk setempa di Pontianak, Kalimantan Barat, untuk membuat karya sulam yang memiliki pola tenun khas Kalimantan.
Pengurus Yayasan Sulam Indonesia Lita Jonathan mengatakan, sebelumnya di Kalimantan Barat sama sekali tidak dikenal sulam. Awalnya sulit untuk melakukan pembinaan, tapi lama kelamaan semua terwujud juga.
Lita menyampaikan, teknik yang dipakai untuk menyulam adalah
needle weaving atau swedish
embroidery. Dengan teknik tersebut, mereka diajarkan untuk membuat pola seperti yang terdapat pada tenun khas Kalimantan.
Pasalnya, teknik sulaman ini memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. "Kesulitannya menghitung. Slip sedikit, satu lubang saja, sudah lain bentuknya. Semua harus dihitung," ujar Lita.
Meski sulit, nantinya para warga binaan ini diharapkan bisa dengan mudah melakukan teknik sulaman lainnya karena sudah terlatih. "Kalau mereka sudah menguasai ini, lalu mencoba sulaman lain pasti lebih mudah," tukas Lita.
Tak mudah juga bagi Lenny untuk mengaplikasikan teknik sulam ini ke dalam busana. Bahkan pada masa-masa awal ia sempat gagal karena asal memotong bahan. "Pertama kali motong bahan
ngawur. Antara kiri kanan kotak-kotaknya enggak sama. Pertama kali disulam mencong jadinya," tutur Lenny.
Untuk mengaplikasikan satu bentuk saja, Lenny merasa sangat kesulitan. "Kesulitannya meletakkan motif yang pas. Jadi kalau dia
dibelokkin, hitungannya beda lagi. Untuk menjadi kotak,
ngitungnya setengah mati."
Untuk itulah proses pembuatan busana ini menjadi ajang baginya untuk sama-sama belajar dengan perajin dalam mengaplikasikan sulam pada busana.
Seluruh baju yang ditampilkan Lenny di atas panggung
fashion show merupakan hasil sulaman, yang dari kejauhan terlihat seperti kain tenun. Karena sulaman bajunya kaya pola dan warna, Lenny menggunakan desain baju yang biasa saja, seperti
mini dress, celana,
crop top, dan rok mini. Ia juga menggunakan beberapa siluet seperti
A-line, H-line dan
I-line. Inspirasi Borneo dengan detail sulaman indah. (ANTARA FOTO/David Muharmansyah/pd/15) |
"
Placing sulaman yang akan lebih ditonjolkan, desainnya biasa
aja," ujar Lenny. Ia pun mengatakan, akan tetap mengeluarkan ciri khas busananya yang
cheerful, girly, dan
colorful.
Benar saja, sulaman-sulaman yang diaplikasikan pada koleksi busana Lenny benar-benar memukau. Saking rapi dan halusnya pengerjaan, sulaman itu tampak seperti tenun biasa.
Namun jika dilihat lebih dekat, ternyata mempunyai tekstur menonjol khas sulam. Kombinasi warna yang digunakan juga terlihat cantik. Tak heran
fashion show Lenny dipenuhi banyak penonton, bahkan sampai di luar ruangan yang disaksikan lewat TV LCD.
(vga)