-- Jenggot atau bulu yang tumbuh di bagian dagu, biasanya selalu identik dengan laki-laki. Tapi apa jadinya bila perempuan tulen juga harus memiliki wajah yang ditumbuhi jenggot dan kumis?
Beberapa kondisi kesehatan memang bisa membuat perempuan memiliki jenggot lebat layaknya seorang laki-laki. Penyebab paling umum adalah ketidakseimbangan hormon yang membuatnya memiliki androgen (hormon laki-laki) lebih dominan.
Setidaknya, ada lima perempuan di dunia yang diketahui hidup dengan jenggot lebat di dagunya. Dirangkum CNN Indonesia dari berbagai sumber, berikut kelima perempuan tersebut.
Vivian Wheeler adalah hermaprodit, lahir dengan dua alat kelamin: laki-laki dan perempuan. Tapi dokter mengangkat alat kelamin laki-lakinya saat lahir, yang memungkinkan dirinya untuk hidup sebagai seorang perempuan.
Meski hidup sebagai perempuan, tapi tampaknya perempuan yang tinggal di Bakersfield, California ini tak bisa menyembunyikan ‘kelaki-lakian’ di tubuhnya. Wajahnya ditumbuhi jenggot sepanjang 28 sentimeter. Karena kondisi itu, ia pun mendapat julukan sebagai perempuan pemilik jenggot terpanjang di dunia.
Di usia 7 tahun, Wheeler pernah memotong jenggotnya. Namun, sejak tahun 1990 ia tak lagi mau bercukur setelah kematian ibunya. Ia pun membiarkan rambut di dagunya terus tumbuh hingga sekarang.
Wheeler menderita hypertrichosis, yang juga dikenal dengan werewolf syndrome atau sindrom manusia serigala. Hypertrichosis merupakan kondisi sangat langka yang menyebabkan suatu pertumbuhan rambut berlebih dan tebal di seluruh tubuh.
Harnaam Kaur (23) mulai mengalami pertumbuhan jenggot sejak usia 16 tahun. Kala itu, dokter mendiagnosisnya dengan polycystic ovary syndrome (PCOS), yaitu gangguan hormonal yang terjadi karena adanya resistensi insulin dalam tubuh. Tingginya insulin dalam tubuh menyebabkan perempuan mengalami hiperandrogen — kelebihan hormon androgen, hormon yang biasanya dominan di tubuh laki-laki.
Periode menstruasi yang tidak teratur atau berkepanjangan, pertumbuhan rambut berlebih, jerawat, dan kelebihan berat badan, adalah gejala yang umumnya dialami perempuan dengan PCOS. Kondisi ini juga menjadi penyulit hamil yang paling banyak dialami perempuan.
Karena kondisinya yang dianggap tidak wajar, perempuan asal Slough, Berkshire ini pun sering mengalami intimidasi dan penghinaan. Namun, kini ia berani bersuara, bahkan menjadi juru kampanye anti-bullying.
(Baca juga:
Kisah Perempuan Berjenggot Lebat yang Jadi Korban Bullying)
Agustina Dorman adalah perempuan tulen, bahkan memiliki anak. Namun, perempuan asal Teluk Bintan, Kepulauan Riau ini mengalami pertumbuhan bulu dada, kumis, dan jenggot yang lebat pasca melahirkan anak pertamanya di usia 25 tahun.
Perempuan yang kini berusia 40 tahun itu mengaku sering mencoba mencukur rambut-rambut berlebih yang tumbuh di tubuhnya. Namun, setiap kali ia memotong atau mencukur, ia mengalami sakit yang tak tertahankan. Akhirnya, ia pun membiarkan rambut-rambut itu tumbuh lebat menghiasi wajahnya.
Dulu ia selalu menggunakan penutup wajah dan jilbab setiap kali keluar rumah, demi melindungi anak-anaknya dari gangguan masyarakat sekitar.
Di antara populasi Muslim yang besar di Indonesia, Agustina sebenarnya bisa bergerak tanpa menarik banyak perhatian. Namun, anak sulungnya mulai menerima ejekan dari orang lain yang mengetahui tentang kondisi ibunya yang tidak biasa.
Karena itulah, sejak tahun 2013 ia memutuskan untuk melepas penutup wajahnya dan mulai menerima kondisi tersebut, meski banyak menarik perhatian dan mendapatkan cibiran dari orang-orang yang melihatnya.
Siobhain Fletcher (39) juga hidup dengan wajah ditutupi kumis dan jenggot sejak remaja. Dokter mendiagnosisnya dengan polycystic ovary syndrome (PCOS).
Perempuan asal Leek, Staffordshire, ini mengaku mencukur kumis dan jenggotnya setiap hari, kadang itu menjadi kegiatan rutin bersama sang suami, Jim.
"Ini bukan tontonan. Saya melakukannya untuk meningkatkan kesadaran akan kanker," ujarnya saat tampil di sebuah acara televisi di Inggris.
Mariam (51) mulai mengalami pertumbuhan rambut wajah yang tebal setelah melahirkan anaknya 30 tahun yang lalu. Meski tampil seperti seorang laki-laki, tapi perempuan kelahiran Jerman ini justru merasa lebih seksi dan lebih percaya diri dari sebelumnya.
Mariam telah menjalani beberapa tes untuk menyingkirkan masalah medis serius yang terkait dengan pertumbuhan rambut berlebih di tubuhnya. Sementara itu, ia terus mencukur rambut-rambut di wajahnya setiap hari selama hampir dua dekade terakhir.