Jakarta, CNN Indonesia -- Barangkali sulit untuk mempercayai ini, tetapi sexsomnia benar-benar gangguan nyata. Gangguan ini bisa mendatangkan malapetaka pada kehidupan orang-orang yang memilikinya.
Suatu malam, saat lampu sudah dimatikan, seorang lelaki tidur di samping istrinya, dan mulai melakukan hal yang mengusik sang istri. Usai mereka berhubungan seks, lelaki itu tertidur, dia kemudian bermasturbasi.
Saat bangun di pagi hari, dia sudah lupa apa yang dilakukannya pada malam itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa ini terjadi beberapa kali, membingungkan pasangannya sampai akhirnya dia memutuskan untuk mencari bantuan, kata ahli saraf Michel Cramer Bornemann, MD, profesor di Universitas Minnesota.
Dampak dari peristiwa tersebut sungguh menjengkelkan. Lelaki itu bilang, istrinya takut jika dia tidak bisa memuaskan suaminya baik secara seksual ataupun emosional. Namun, masalah si suami bukan masalah tentang hubungan, melainkan gangguan tidur sexsomnia.
Disebut juga 'seks tidur', sexsomania adalah jenis dari parasomnia, yakni tatkala otak terperangkap dalam transisi antara keadaan tidur dan bangun, seperti dilansir dari laman Web MD.
Seperti parasomnia lain, termasuk tidur berjalan, tidur berbicara, atau tidur mengemudi, orang yang melakukan seks tidur tampaknya seperti benar-benar terjaga dan sadar. Bahkan saat dia bermasturbasi, bercumbu, memulai hubungan seks, atau 'menyerang' pasangannya saat bercinta.
Lelaki atau perempuan itu benar-benar sedang tidur. Pada kenyataannya, diagnosis sexsomnia dipakai sebagai pertahanan pada beberapa kasus perkosaan dan pelecehan beberapa tahun terakhir ini.
Penyebab sexsomnia“Ini adalah diagnosis dalam bidang pengobatan tidur,” kata Cramer Bornemann, yang juga direktur Pusat Gangguan Tidur Regional Minnesota di Minneapolis. “Ini berbeda dengan memiliki mimpi seksual. Ini adalah perilaku seksual penuh saat tidur.”
Kendati para dokter tidak yakin apa yang menyebabkan sexsomnia, mereka tahu bahwa gangguan tersebut dimulai setelah pubertas. Orang-orang dengan gangguan tidur berjalan atau tidur berbicara lebih berisiko mengalami sexsomnia daripada orang yang tidak.
Minum alkohol, mengonsumsi narkoba, kurang tidur, serta stres jadi pemicu. Sexsomnia bukan gangguan umum.
Penelitian yang dirilis Juni lalu menemukan bahwa hampir 8 persen dari 832 pasien yang disurvei di pusat gangguan tidur melapor mengalami aktivitas seksual saat tidur. Laki-laki melaporkan tiga kali lebih sering dari perempuan (11 persen berbanding 4 persen).
Pada kasus tersebut, para lelaki itu akhirnya mengonsumsi obat anti kejang yang biasa digunakan saat mengalami kegelisaan dan insomnia. Karena istri mereka tertekan oleh perilaku suaminya, mereka pun terus merasa bersalah. “Butuh konseling agar mereka benar-benar dapat berdamai,” kata Cramer Bornemann.
Pengobatan sexomaniaOrang-orang yang didiagnosis dengan sexomania memiliki beberapa pilihan pengobatan, yakni:
Hindari pemicu sexomnia, termasuk alkohol dan narkoba. Penelitian menemukan, orang yang menggunakan narkoba dua kali lebih mungkin menderita sexomnia dari mereka yang tidak.
Pengobatan untuk gangguan sleep apnea, misalnya, menurunkan berat badan, berhenti merokok.
Berhati-hati memakai obat tidur. Dokter tidak yakin alasannya, tetapi pada beberapa kasus, jenis obat tidur tertentu bisa mengaktifkan parasomnia, kata Cramer.
(win/mer)