Masalah Kesehatan Penyusup Pesawat Sama dengan Kasus Penyelam

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Rabu, 08 Apr 2015 12:17 WIB
Perubahan tekanan yang terlalu cepat yang dialami manusia akan menyebabkan terjadinya decompression sickness.
ilustrasi (Thinkstock/itsmejust)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus Mario Stevan Ambarita, si penyusup dalam ruang roda pesawat Garuda Indonesia sama seperti sebuah 'keajaiban'. Bagaimana tidak, setelah mengalami kedinginan dan juga kekurangan oksigen selama beberapa saat, ia bisa sampai di Jakarta dalam keadaan hidup.

"Sebenarnya, problem utamanya bukanlah kedinginan, tapi perubahan tekanan yang mendadak," kata Dr. Jeffry Tenggara Sp.PD, Dokter Ahli Penyakit Dalam dari MRCCC Siloam Semanggi kepada CNN Indonesia, Rabu (8/4).

Dikatakannya, kondisi perubahan tekanan dadakan ini bisa disamakan dengan kondisi para penyelam (diver) yang tak memakai perlengkapan komplet. Perubahan tekanan yang terlalu cepat yang dialami manusia ini akan menyebabkan terjadinya decompression sickness.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Decompression sickness disebabkan karena tekanan perubahan yang mendadak. Baik diver yang naik terlalu cepat naik ke permukaan, atau penerbang yang naik ke udara terlalu cepat," ucapnya.

Meski sama-sama berada dalam pesawat, namun mengapa kondisi penumpang di kabin dan di ruang roda yang ditempati Mario berbeda? "Kalau penumpang biasa, dalam kabin sudah dilengkapi dengan pengatur tekanan. Sehingga ketika terbang, tekanannya sudah disesuaikan dan dibuat sesuai kondisi yang bisa diterima tubuh," ujarnya.

Kondisi ini tentunya sangat berbeda dengan kondisi dalam ruang roda pesawat. Di dalam ruangan ini, tekanan udara akan dengan cepat berubah sesuai ketinggian dari pesawat. "Tubuh bisa saja beradaptasi, tapi tidak dalam waktu sangat cepat. Kalau pesawat kan naiknya dalam hitungan menit sudah berapa ketinggiannya,"

Efek yang mungkin terjadi

Perubahan tekanan tubuh yang mendadak ini akan menyebabkan banyak masalah dalam tubuh. "Orang ini akan mengalami kekurangan oksigen, dan juga hipotermia. Bukan tidak mungkin malah sampai meninggal," katanya.

Ditambahkan Jeffry, kondisi ini juga mungkin menyebabkan timbulnya gelembung udara di dalam darah. "Di dalam darah kan ada nitrogen, yang bahaya kalau nanti akhirnya ini menyebabkan gelembung udara."

Terciptanya gelembung udara ini akan semakin berbahaya ketika gelembung 'nyangkut' di organ tubuh. "Gelembung ini bisa nyangkut di paru-paru, mata, kulit dan otak," katanya.

Ketika gelembung ini 'nyasar' di otak, si penderita bisa saja mengalami stroke. Sedangkan efek yang paling 'ringan' dari masalah ini adalah jika gelembung 'hanya nyasar' di kulit. Menurutnya, hal ini akan membuat kulit menjadi gatal dan timbul kemerahan.

Selain itu, perubahan tekanan mendadak ini juga berpotensi menyebabkan pecahnya pembuluh darah sampai pendarahan di paru-paru.

Jika 'beruntung' bisa selamat, maka penderita harus diberi pertolongan awal dengan pemberian oksigen 100 persen. Jika terjadi gelembung maka solusinya, si penderita harus dimasukkan ke dalam ruangan yang memiliki tekanan udara yang bisa diatur dan disesuaikan, decompression chamber atau hyperbaric chamber. "Ini dilakukan sampai semua gelembungnya hilang," ucapnya.


(chs/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER