Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap orang bebas menemukan dan menerjemahkan imajinasinya akan keindahan batik. Hal ini pula yang dilakukan oleh desainer Mel Ahyar. Meski sebenarnya bukanlah desainer yang khusus mengolah kain tradisional dalam setiap karyanya, namun Mel, sapaan akrabnya, berusaha untuk menghadirkan batik dalam sentuhan kreasi yang berbeda.
Di panggung Fashion Nation Senayan City, Kamis (9/4), Mel menghadirkan kreasi batik terbarunya, Chintz "Inspirasinya adalah batik Belanda. Ceritanya noni Belanda lagi mengadakan pesta taman," ucap Mel usai peragaan busananya.
Batik Belanda dipilih menjadi kreasi batiknya bukan karena ia tak suka dengan motif batik Indonesia. Motif batik Belanda ini dipilihnya karena dianggap paling mudah dimodifikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya itu dari dulu ingin sekali mengangkat batik, tapi takut dimarahi sama orang Keraton kalau asal modifikasi. Tapi kalau batik Belanda kan tidak perlu kulo nuwun dulu," ucap Mel bercanda.
Mel yang memang khas dengan gaya
couture-nya ini membuat tampilan motif batik menjadi makin unik dan tak biasa. Mel membuat batik dengan gaya tiga dimensi. Mel menghadirkan motif batik yang lucu-lucu. "Batik Belanda punya motif yang lucu-lucu, Hansel Gretel, tentara, bunga dan lainnya," katanya.
Bukan hanya motif ini saja yang dihadirkannya dalam busana. Ia juga menghadirkan motif batik berupa ondel-ondel. Kepiawaian Mel bermain detail sangat diperlihatkannya pada kreasi ini.
Proses pembuatan motif batik ondel-ondel dan bunga ini, diakui Mel, cukup rumit. Pasalnya ketika membuat motif ini, ia harus menggambarkan untuk melakukan beberapa modifikasi gambar motifnya.
"Awalnya, motif ini saya
print dulu, kemudian dibuat ulang gambarnya oleh teman saya yang seorang ilustrator," katanya. "Setelah itu dicetak lagi di kain sutra, dipotong baru dibordir terpisah dengan bajunya."
Mel memang sengaja membuat motifnya terpisah dari busananya agar terlihat menonjol dan tiga dimensi. Motif ini ditempelkan ke busana-busana buatannya.
Kreasi ini tentunya sangat berbeda jauh dengan kreasi batik klasik yang biasa ditemui, karena biasanya batik dilukis dengan canting atau dicap. Motif yang ditempelkan ini tak sepenuh motif yang ada pada batik biasanya, melainkan hanya di beberapa bagiannya.
Desainer lulusan Esmod ini memadukan motif batik tiga dimensi ini berbagai busananya yang bergaya
vintage. Cape panjang bervolume, gaun A-line melambai selutut, kardigan putih panjang berwarna putih mirip kimono, sampai
coat dihadirkannya di atas panggung. Ia memadukannya dengan semua busana ini dengan tambahan legging bercorak dan berwarna-warni. Tak ketinggalan ia juga menghadirkan kebaya kutu baru dengan modifikasi di bagian tangan yang sedikit membesar namun ramping di bagian pinggang. Kebaya modern ini padukan dengan kain mini bercorak dan legging warna-warni.
Ketelitian Mel akan detail juga tak luput untuk keseluruhan penampilannya. Ia juga menghadirkan sepatu santai dengan detail yang memukau. Uniknya, meski menggunakan banyak corak dan warna, keseluruhan tampilan busananya di panggung terlihat memukau dan tak berlebihan.
"Saya memang hanya memakai warna-warna yang sedang tren tahun ini, yaitu warna
earthy," ucapnya.
Proses pengerjaanAda 14 buah busana yang dipamerkannya kali ini. Dalam proses pembuatan satu gaunnya ia mengaku harus melakukan tiga pekerjaan yang berbeda. "Bordir terpisah, detail terpisah, dan volumenya juga terpisah," ujarnya.
Seluruh bagian dari busananya ini adalah hasil buatan tangan. Proses pengerjaannya detailnya sendiri menghabiskan waktu dua bulan. Sedangkan untuk pembuatan volume dan proses bongkar pasang busananya menghabiskan waktu dua minggu.
"Nanti beberapa koleksi Chintz ini akan dibawa juga ke Milano Expo bulan Mei 2015," kata desainer yang juga akan membawa koleksi Suvarnabhumi dari koleksi sebelumnya ke ajang tersebut.
(chs/utw)