Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa yang tak suka
travelling? Kini travelling sudah jadi satu bagian gaya hidup masyarakat urban. Bahkan kini setiap kali liburan tiba, tiket pesawat atau transportasi umum ke berbagai daerah wisata tujuan sudah ludes terjual.
Minat tinggi akan
travelling juga ditunjukkan dari banyaknya
travel fair yang digelar setiap tahunnya. Namun kondisi ini dianggap tak akan berlangsung lama. Di tahun 2030 lebih dari 1,8 miliar orang akan bepergian ke luar negeri setiap tahunnya. Kenyataannya, niat yang mendorong wisata serta bagaimana perilaku saat wisata akan sangat berbeda dengan saat ini.
“Wisatawan saat ini memiliki kemampuan yang lebih besar dari sebelumnya. Mereka semakin kompleks, berdaya, dan tidak lagi ingin terisolasi dalam kelompok demografis umur, kewarganegaraan dan penghasilan," kata Angel Gallego, president Amadeus Asia Pasifik dalam siaran persnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amandeus dan konsultan tren konsumen global, The Future Foundation mengatakan di tahun 2030 akan muncul enam tipe wisatawan. Laporan yang termuat dalam Future Traveller Tribes 2030: understanding tomorriw's traveller, melakukan penelitian dengan metode wawancara dan lokakarya dengan pakar industri dan peneliti tren konsumen di bidang terkait. Beberapa negara yang termasuk dalam negara yang disurvei adalah Australia, Tiongkok, India, Indonesia, Jepang dan Korea Selatan.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa bukan hanya jenis pengalaman yang dituntut oleh wisatawan pada 2030 yang akan berbeda dengan 2015, tetapi cara wisatawan membeli dan berinteraksi dengan industri perjalanan juga akan berubah," kata Nick Chiarelly, Direktur Future Foundation.
"Selama 15 tahun ke depan, keinginan untuk berbagi pengalaman perjalanan akan makin besar, dan dampak dari berbagi inspirasi dan tren pembelian juga akan bertumbuh. Sementara konsumen di negara maju mendekati era post-material, wisatawan mengharapkan fokus yang lebih besar pada, pengalaman, etika, baik lingkungan maupun sosial, untuk secara signifikan memengaruhi pilihan dan perilaku perjalanan wisatawan."
Tipe wisatawan ini merencanakan liburan mereka dengan bantuan internet. Artinya, pertimbangan dan keputusan liburan akan sangat dipengaruhi oleh pengguna internet. Mereka akan sangat bergantung pada ulasan dan rekomendasi teman-temannya untuk mengambil keputusan.
Ketika ulasan atau pendapat orang tidak menarik terhadap suatu tempat, maka kemungkinan besar wisatawan tipe ini tak akan mau berlibur. Sekalipun mungkin lokasi tersebut sudah diimpikannya sejak lama. 'Gejala' wisatawan tipe ini sudah mulai tercium sejak saat ini. Namun, tingkat keparahannya masih belum tinggi.
Wisatawan tipe ini melihat liburan sebagai sebuah bentuk liburan sesungguhnya. Mereka melihat liburan sebagai sebuah kesempatan untuk membenamkan diri dalam budaya asing. Mereka mau belajar budaya asing, sekalipun ini asing sama sekali.
Bagi si cultural purists, kenikmatan liburan sangat tergantung pada pengalaman asli yang dirasakannya sendiri.
Wisatawan jenis ini akan membuat rencana perjalanan berdasarkan pertimbangan moral. Misalnya, liburan tanpa merusak lingkungan, liburan bebas polusi, atau bahkan liburan yang bisa membantu memperbaiki kehidupan orang lain.
Wisatawan ini seringkali memadukan liburan mereka dengan menambah unsur kegiatan sosial, pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan saat berlibur.
Wisatawan ini lebih suka liburan yang sederhana dan praktis. Mereka tak mau ribet untuk mengurus semua rencana perjalanan. Mereka lebih suka memilih liburan yang sudah terpaket dan terencana matang.
Bagi mereka, liburan adalah saat istimewa dalam hidup untuk memanjakan diri didukung dengan keselamatan dan kesenangan yang sudah terjamin.
Tipe wisatawan yang satu ini biasanya didorong oleh adanya tujuan tertentu kala bepergian. Beberapa tujuan perginya ini antara lain karena keperluan bisnis atau liburan singkat.
Sayang mereka tak punya anggaran dan waktu yang banyak. Oleh karenanya mereka akan mencari bantuan teknologi cerdas yang bisa mengatasi kerumitan perjalanan.
Rewards hunters atau 'pemburu hadiah' adalah tipe wisatawan yang hanya tertarik pada perjalanan untuk memanjakan dirinya. Hadiah yang mereka cari lebih berupa hadiah untuk dirinya sendiri.
Selain itu, mereka juga menginginkan banyak hal lain yang istimewa dalam liburannya. Hadiah ini sangat diharapkannya sebagai hasil dari investasi waktu dan energi yang mereka dapatkan dengan susah payah dalam kehidupan kerja mereka.