Jakarta, CNN Indonesia -- Menara Dharahara dan Candi Kasthamandap merupakan beberapa di antara situs bersejarah yang berubah menjadi puing-puing akibat gempa dahsyat di Nepal.
Lebih dari 4000 orang tewas, bangunan-bangunan bersejarah di lembah Kathmandu luluh lantak oleh gempa bumi berkekuatan 7,9 skala richter pada Sabtu (25/4). Namun, para ahli sejarah mengatakan, masih ada secercah harapan.
Dharahara, menara putih setinggi 60 meter tersebut dibangun pada 1932, telah hancur. Sementara, Kasthamandap, kuil kayu bertingkat tiga di Durbar Square, kini berubah menjadi tumpukan kayu dan puing-puing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Barangkali kuil ini tidak setenar menara, tetapi secara historis mungkin ini adalah bangunan paling signifikan di Kathmandu yang hancur,” kata Michael Hutt, profesor yang juga direktur Institut Asia Selatan di Soas, dan penulis buku tentang seni dan arsitektur lembah Kathmandu.
Hutt mengatakan, dia berduka usai mengikuti berita-berita dan informasi di Twitter pada akhir pekan ini. “Foto pertama yang saya lihat adalah Kathmandu Durbar Square, dan kesan pertama saya adalah kehancuran total.”
Dua candi pagoda paling mengesankan juga sudah hancur. Namun, karena lebih banyak gambar yang diposting online, beberapa candi dan kuil bersejarah bisa selamat dari bencana.
Lembah Kathmandu memiliki tiga kota utama, Kathmandu, Patan, dan Bhaktapur. Masing-masing dibangun di kompleks istana abad pertengahan, masing-masing dengan alun-alun yang memiliki candi dan kuil.
Hutt mengatakan, “Anda akan memiliki lapangan dengan 10 atau 12 struktur abad ke-17 ini, dan tiga atau empat dari bangunan tersebut runtuh sepenuhnya. Beberapa rusak parah atau retak penutup atas akan jatuh, tetapi beberapa tampaknya bertahan.”
“Melihat gambar dari kompleks istana utama, ada beberapa bagian yang jatuh dan runtuh, tetapi sebagian besar selamat.”
Terlalu dini menyebut sejauh apa kerugian, meskipun empat dari tujuh situs warisan dunia Unesco di lembah ini rusak parah. Meski demikian, para ahli berharap ada beberapa bangunan dapat dipulihkan, menunjuk Menara Dharahara yang direkonstruksi setelah gempa bumi pada 1833 dan 1934 yang lampau.
Selain bangunan bersejarah, lembah Kathmandu juga kehilangan banyak perumahan abad pertengahan. Ini lebih sulit untuk menggantikannya. Orang-orang tidak ingin hidup di dalamnya, dan tidak ada orang pemerintah yang memerintah dilakukan konservasi.
“Adalah hal biasa di lembah Kathmandu untuk melihat seseorang menghancurkan bangunan tua cantik dari kayu dan menggantikannya dengan beton raksasa. Ini akan mempercepat proses tersebut dan agak menyedihkan,” kata Hutt seperti dilansir dari laman Guardian.
Bhaktapur mempertahankan banyak bangunan dari abad pertengahan. Kendati gempa menyebabkan kerusakan berat, beberapa bangunan penting tetap berdiri, termasuk salah satu dari dua candi berjenjang lima.
Hutt berkata, Patan adalah istana dan lapangan paling spektakuler serta museum indah yang selamat dari bencana tersebut, meskipun beberapa kuil pagoda rubuh.
Dia merasa lega, tidak banyak korban tewas di daerah tersebut. Kekhawatiran paling mendesak adalah krisis kemanusiaan. Akan ada penilaian, bangunan bersejarah apa yang hilang dan apa mereka bisa dibangun kembali.
“Membangun kembali adalah tugas besar, dan akan dibutuhkan waktu cukup lama. Nepal tidak memiliki uang untuk melakukannya sendiri,” katanya.
“Ini adalah tempat yang putus asa dalam politik, sangat rapuh, kurang sumber daya, dan sangat tergantung pada bantuan internasional. Sumber daya yang ada tidak untuk melakukan pekerjaan restorasi ini, dan mereka akan membutuhkan banyak bantuan.”
Peter Stone, ketua Komite Nasional Inggris dari Blue Shield, lembaga warisan budaya setara dengan Palang Merah, mengatakan bahwa banyak rekan-rekan internasional berusaha mengkoordinasi rencana aksi menanggapi bencana, tapi terbukti sulit.
“Masalah yang kita hadapi di Nepal adalah, kita tidak tahu apakah orang-orang tersebut masih hidup, kita tidak punya cara berhubungan dengan mereka secara cepat, dengan cara mudah.” Prioritas utama adalah pencarian dan penyelamatan.
(win/mer)