Jakarta, CNN Indonesia -- Selama 24 tahun berkarya di dunia fesyen dan fokus pada busana perempuan, desainer Tanah Air, Musa Widyatmodjo kini mulai membuat busana untuk laki-laki. Koleksi busana laki-lakinya ini masuk ke dalam label Musa Widyatmodjo yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi busana perempuan.
Sebenarnya membuat busana untuk laki-laki bukan hal yang baru buat Musa. Keputusannya mulai merambah busana untuk Kaum Adam ini sudah dimulai sejak lima tahun lalu.
"Ini prosesnya sudah hampir lima tahun. Sudah melalui trial and error," kata Musa dalam acara konferensi pers yang digelarnya di kawasan Cikini, Jumat (8/5) sore.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baju-baju untuk laki-laki yang dibuatnya pun sudah masuk pasar sejak dua tahun lalu. Tapi, Musa mengaku baru berani meluncurkannya dan menggelar fashion show saat ini.
Kata Musa, ia tak mau sembarang meluncurkan koleksi, kemudian fashion show, mendapat tepuk tangan, lalu tidak ada kelanjutannya. Laki-laki yang memulai karier sebagai desainer sejak 1991 ini justru lebih suka menampilkan koleksi busananya yang sudah 'matang'.
"Ini sudah di tes laku atau enggak, yang ini pengrajinnya lambat, bahannya luntur apa enggak. Semua sudah melalui proses itu," ujarnya. "Itulah kenapa saya baru berani membuat peragaan busana laki-laki sekarang."
Selain itu, Musa juga melihat semakin lama, semakin banyak laki-laki yang ingin tampil lebih baik. Hal ini terjadi bersamaan dengan pergeseran tren busana laki-laki yang kini pun kian fashionable.
Untuk lini busana laki-laki Musa, ia tetap menggunakan gayanya yang kerap menggunakan wastra Indonesia. "Saya adalah desainer yang mengolah wastra menjadi produk fashionable untuk tingkat global," ujarnya.
Meski bentuk baju untuk laki-laki yang dibuat Musa umumnya hanya kemeja lengan pendek atau kemeja lengan panjang, namun perpaduan kain tradisional yang digunakan Musa membuat busananya menjadi begitu eksklusif.
Dalam satu busana ia tak hanya memakai satu jenis kain. Misalnya saja salah satu kemeja lengan pendeknya yang memadukan kain lurik dengan kain sarung. Ada juga yang memadukan tenun Ende, tenun troso, dan batik kawung.
Perpaduan yang ia lakukan pun cukup apik. Tidak terlihat berlebihan maupun feminin. Meski motifnya tergolong bertabrakan, tapi tetap terlihat serasi.
Warna yang digunakan juga maskulin. Musa terlihat lebih menggunakan warna gelap. Walaupun ada juga yang berwarna terang, tapi busananya tetap terlihat maskulin.
Selain perpaduan kain tradisional dalam satu busana, ia juga menggunakan detail-detail yang merupakan signature style dari Musa.
"Detail dalam hal bahan, komposisi, motif. Signature-nya harus memiliki sentuhan tangan handcrafted. Karena itu kekuatan Indonesia," katanya.
Musa juga tetap menjunjung eksklusifitas dari produknya. Satu busana hanya diproduksi satu kali. Ia juga mengklaim kalau busananya tak bisa dijiplak.
"Kalau mau disontek enggak bisa, dibikin kembar enggak bisa. Kalau dibikin couple klien harus mengatakan dari awal," kata lulusan Drexel University Philadelphia itu.
"Bajunya tidak bisa dibuat ulang. Kalau baju besar bisa dikecilin kalau kekecilan enggak bisa dibesarkan," ujarnya menambahkan.
Koleksi busana laki-laki dari label Musa Widyatmodjo ini juga akan ditampilkan dalam sebuah fashion show yang akan diadakan pada 21 Mei mendatang dalam rangkaian acara Jakarta Fashion & Food Festival 2015. Musa mengemas fashion show-nya dengan tema Luxury Men dan menampilkan 40-50 busana laki-laki.
"Pria-pria dengan segala kemewahannya, menikmati kekayaan budaya Indoensia. Mereka bisa pakai busana dengan kain tradisional tanpa terbebani terlalu fesyen atau feminin," katanya.
(mer/mer)