Jakarta, CNN Indonesia -- Jamak kita dengar dari penelitian, buku motivasi diri, dan media bahwa melakukan hubungan seksual yang sering akan membuat seseorang bahagia. Namun, penelitian baru di Universitas Carnegie Mellon menunjukkan bahwa menaikkan aktivitas seksual dalam beberapa kasus menyebabkan frustasi.
Ada hubungan positif antara seks dan kebahagiaan, menurut penelitian sebelumnya. Mereka mengatakan, perasaan bahagia mengilhami lebih banyak aktivitas seks, atau menjadi sehat dapat membuat seseorang lebih bahagia sehingga menyebabkan lebih banyak aktivitas berhubungan intim.
Namun, berdasarkan penelitian, yang diterbitkan dalam
Journal of Economic Behavior and Organization, hanya meningkatkan frekuensi hubungan seksual dengan pasangan, rupanya bukan resep mujarab untuk perasaan bahagia yang abadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada 128 peserta, antara usia 35 sampai 65 tahun yang semuanya heteroseksual dan menikah, di dalam penelitian. Para ilmuwan mewawancarai mereka untuk membangun statistik dasar frekuensi seksual mingguan pada masing-masing pasangan.
Secara acak, para peneliti menugaskan beberapa pasangan untuk meningkatkan aktivitas seksual dua kali lipat dari jumlah seks normal mereka dalam satu minggu. Percobaan berlangsung selama tiga bulan.
Para peneliti mengamati semua pasangan, termasuk pasangan yang tidak diminta untuk mengubah kehidupan seks mereka.
Peserta menanggapi pertanyaan
online tentang perilaku sehat mereka, kebahagiaan, dan seberapa besar mereka menikmati seks. Peneliti meminta para peserta untuk menggambarkan kehidupan seks mereka secara penuh, mengungkapkan semua termasuk posisi bercinta pilihan mereka.
Peserta yang ditugaskan untuk melakukan aktivitas seks lebih sering telah melakukan uji kelayakan dan menyelesaikan percobaan seperti yang diminta. Namun, mereka merasakan sedikit penurunan kebahagian, ungkap para peneliti.
Penyelidikan selanjutnya melaporkan adanya penurunan hasrat seksual dan kenikmatan pada pasangan yang diminta untuk melakukan seks lebih sering. Ini bisa menjadi akar masalah, kata para peneliti menanggapi.
Penelitian yang diterbitkan di dalam
Journal of Economic Behavior and Organization ini memiliki implikasi penting, bahwa individu perlu inspirasi asli dari kemauan mereka sendiri untuk memulai hubungan seksual dan menuai keuntungannya.
(win/mer)