Jakarta, CNN Indonesia -- Seiring berjalannya zaman, dunia tata busana ikut menyamakan langkah. Begitu pula dengan salah satu pakaian tradisional warisan leluhur bangsa, kebaya.
Dari pakaian sarat makna saat zaman kerajaan atau kesultanan, kini kebaya sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi modern. Kebaya pun kehilangan pakem.
Mengingatkan kembali Indonesia akan pakem awal tersebut, putri dari pemimpin Keraton Mangkunegaran Solo, Mangkunegaran VIII, yaitu GRA Satuti Yamin Suryohadiningrat, memamerkan koleksi kebayanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dimulai dengan rangkaian koleksi santai bermotif bunga, beberapa kebaya Satuti tampak lebih santai dibandingkan dengan bayangan mengenai pakaian keraton pada orang awam.
"Itu kebaya harian. Satuti ingin kesederhanaan sehingga kebaya itu bisa digunakan menurut apa saja," ujar sepupu Satuti, Djatmiko Hamidjojo, dalam jumpa pers sebelum peragaan busana dimulai dalam ajang Jakarta Fashion and Food Festival, Rabu (20/5).
Kesederhanaan memang terpancar dari potongan kebaya yang tidak pas badan. Para peraga pun melenggang dengan leluasa.
Padu padan warna kebaya dengan bahan kain bawah menjadi satu hal yang patut disorot. Beberapa kebaya berwarna dominan kuning memang terlihat serasi dipasangkan dengan kain batik cokelat. Namun, ada beberapa koleksi yang tabrak warna, seperti kebaya dominan biru yang dipadukan dengan kain batik cokelat.
Berbeda dengan rangkaian koleksi pertama, deretan kebaya kedua terlihat lebih mewah. Kebaya pun diperagakan langsung oleh dua keturunan Mangkunegaran VIII.
Kebaya pertama berbahan beledu berwarna hijau gelap dengan aksen list emas. Dengan adanya garis tersebut, kebaya terlihat serasi dipadukan dengan kain batik cokelat.
 Kebaya koleksi GRA Satuti Yamin Suryohadiningrat (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir) |
Lebih segar dari pakaian pertama, kebaya kedua hadir dengan balutan warna pink. Detail payet emas juga tersusun rapi membentuk garis baju. Batik bawahan bercorak lebih padat ketimbang kain yang dipadukan dengan kebaya kembang.
Pilihan padu padan ini bukan sembarangan. Djatmiko mengatakan bahwa ini merupakan pakem kebaya yang sebenarnya.
"Pemakaian kebaya diselaraskan dengan kedudukan. Putri dalem itu pakai kain lereng dan parang. Kalau sentonu jauh, tidak diperkenankan pakai motif parang," katanya.
Secara keseluruhan, tampilan tata rias peraga seragam. Konde, kebaya, dan kain tradisional. Hal ini juga merupakan hasil penyelarasan dengan adat Jawa.
Kebaya koleksi GRA Satuti Yamin Suryohadiningrat (CNN Indonesia/ Hanna Azarya Samosir) |
"Untuk mengenakan kebaya harus serasi dari atas ke bawah. Harus konde, kebaya, dan berkain wiro," ucap Djatmiko.
(mer/mer)