Studi FBI: Cari Cinta Online Pertinggi Risiko Penipuan

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Sabtu, 30 Mei 2015 20:04 WIB
Kenyataannya, menurut penelitian terbaru, mencari cinta secara online akan meningkatkan risiko sakit hati dan penipuan.
ilustrasi (Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Susahnya mencari cinta. Paling tidak itulah yang jadi alasan para jomblo untuk berusaha mencari cinta lewat daring perjodohan ataupun lewat dunia maya lainnya. Namun kenyataannya, menurut penelitian terbaru, mencari cinta secara online akan meningkatkan risiko sakit hati dan penipuan.

Kalau sakit hati, tentu saja terjadi karena seringkali profil picture tak sesuai dengan aslinya. Namun kenyataannya, sekarang ini banyak orang jahat yang beraksi memanfaatkan hati kesepian para jomblo untuk diperas habis-habisan.

Dalam laporan tahunan online Internet Crime Complaint Center atau IC3, mengatakan jumlah penipuan uang yang dilaporkan ke pemerintah federal bisa mencapai US$ 800. Namun ini masih hanya sebagian kecil dari jumlah total kerugian yang diderita akibat memanfaatkan hati para jomblo. Mengutip data industri National White Collar Crime Center yang berkoordinasi dengan IC3 dan FBI dari NBC News, penipuan online ini diperkirakan bisa mencapai US$ 3,5 miliar per tahunnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut IC3, tahun 2014, para pencari cinta dan orang-orang yang terlalu banyak mengumbar status kesendirian mereka di situs media sosial adalah korban paling umum dari cybercreeps.

Melihat banyak orang yang kesepian, para penjahat menyamar juga menjadi orang yang berpura-pura mencari cinta secara online. Setelah dapat sasaran, penipu ini akan memengaruhi 'pasangannya' dan mengambil uangnya sekitar US$ 14,214 per orang rata-rata.

Berdasar data ini, perempuan dinilai jauh lebih berpotensi menjadi sasaran penipuan dibanding laki-laki. Lebih dari 70 persen perempuan yang menjadi korbannya.

"Penjahat mencari situs kencan, chat room, dan situs media sosial untuk mencari informasi pribadi. Ia menggunakan skenario rapi untuk menarik calon korban," tulis laporan tersebut. "Korban penipuan ini percaya bahwa mereka berada dalam hubungan dengan seseorang yang jujur dan bisa dipercaya walaupun belum pernah bertemu secara pribadi,"

Para penjahat mencari bermain dalam media sosial karena hal ini dianggap menjadi bagian integral dari kehidupan orang-orang di segala usia.

(chs/mer)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER