Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah menjadi hal yang lazim di awal-awal hubungan percintaan orang akan saling menjaga sikap dan mulut. Kata-kata indah macam cinta, sayang,
honey,
baby dengan mudah dilontarkan. Namun seiring bergulirnya waktu, seringkali orang menganggap pasangannya sudah paham isi hati dan pikirannya. Hingga kata-kata yang kurang berempati dan cenderung kasar mudah terlontar tanpa kendali. Bahkan kadang tanpa disadari.
Hal ini seringkali jadi sumber konflik atau makin memanaskan konflik yang sudah ada. Disarikan dari
Huffington Post, berikut delapan frasa yang sebaiknya jangan pernah diucapkan kepada pasangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apapun persoalannya kedua frasa ini akan berkesan menuduh pasangan, demikian kata Virginia Gilbert, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi. “Menggunakan kata-kata ini akan langsung ditanggapi yang bersangkutan dengan sikap defensif.
Bukannya mendapatkan apa yang Anda inginkan, dengan mengucapkan frasa ini besar kemungkinan persoalan malah jadi semakin melebar karena perdebatan siapa paling benar. “Lebih baik fokus pada kebutuhan Anda dan bukan sekadar menuding kesalahan pasangan yang Anda rasakan. Ini akan membawa perubahan yang lebih positif.” Frasa ini sama dengan frasa ‘Kamu terlalu perasa saja’ atau ‘Jangan bersikap terlalu defensif!’ atau ‘Tenang sajalah’.
“Frasa-frasa ini memang bias dilakukan pria jika in gin pasangannya berhenti bersedih,”kata William J. Doherty, Ph.D., profesor bidang ilmu sosial keluarga di University of Minnesota. “Masalah akan timbul ketika di tengah konflik Anda mengatakan hal ini, maka pasangan Anda akan merasa selama ini tak diperhatikan, dan ini akan membuat mereka semakin marah.” Seberapa menarikpun isi gadget Anda, hentikanlah saat sedang berbicara dengan pasangan Anda. Seringkali terjadi orang mengatakan frasa ini pada pasangannya sembari asyik dengan gadgetnya.
“Jelas ini adalah tanda Anda tak memperhatikan apa yang dikatakannya,” kata Pesoli. “Ini akan sangat melukai harga dirinya. Apalagi jika berlangsung terus menerus, ini akan membunuh hubungan Anda.”
“Ini adalah frasa yang paling cepat menyulut masalah,” kata ahli kencan Marina Sbrochi.
“Tak ada orang yang mau dianggap bodoh, cobalah berempati dan lihat bagaimana hubungan Anda akan tumbuh.”
Menyerang pribadi seseorang sama sekali tak bisa diterima dalma sebuah hubungan yang sehat dan penuh cinta. Tujuan Anda mestinya adalah bagaimana caranya membuat dia selalu gembira, bukan membuatnya rendah diri.
“Mengatakan frasa ini sama saja Anda bertanya ‘Kami sebodoh itu?, ‘Orang tua macam apa itu?, atau Kamu itu mirip sekali dengan orang tuamu’,” kata terapis perkawinan Becky Whetstone. Ada saatnya pasangan menghadapi saat-saat sulit. Saling curiga dan menyimpan rahasia. “Mungkin suatu kali Anda mencurigainya dan berpikir Anda semakin dekat dengan kenyataan tentangnya. Tapi ada cara lain yang lebih baik dari pada melemparkan tuduhan,” kata Doherty.
“Mengatakan ‘saya tak percaya padamu sama saja melempar bara api dan selalu akan berbalik ke Anda. Mungkin bisa diubah dengan mengatakan ‘saya agak kesulitan percaya bahwa kau berkata jujur.’.”
Frasa ini adalah peluru terakhir dalam sebuah hubungan. Jadi jangan sembarang mengucapkan, karena Anda mungkin akan menyesalinya nanti, tapi kerusakan sudah terlanjur terjadi. Karena pesan frasa ini sudah sangat jelas. Sebagian hati Anda sudah bukan milik pasangan Anda lagi.
“Jadi jangan lakukan pemerasan emosional dengan kata-kata ini lagi,”kata Whetstone. “Jika Anda menyiratkan sedikit saja ungkapan yang bermakna sama, Anda sama saja telah kehilangan pasangan Anda.” Berhentilah mengatakan hal ini. Pasangan Anda semestinya tidak ditekan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk membuktikan cintanya.
“Tak ada rasa bersalah atau ultimatum yang tak mengeringkan rasa cinta dari sebuah hubungan,” kata Gilbert.
“Dari pada memanipulasi pasangan Anda, cobalah bersikap transparan tentang apa yang Anda inginkan. Katakan Anda rindu menghabiskan waktu dengannya, Anda ingin berkencan lagi dengannya, dan bukan menjadikan pasangan Anda tahanan emosi dalam hubungan Anda.”