Kolonialisme di Filipina dalam Gaun Pengantin Rajo Laurel

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Minggu, 07 Jun 2015 17:17 WIB
Percampuran budaya tersebut terangkum dalam koleksi busana pengantin rancangan desainer kondang Filipina, Rajo Laurel
Gaun pengantin karya Rajo Laurel. (CNN Indonesia/ Hanna Azarya Samosir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak bisa dimungkiri, kolonialisme memang mengeruk kekayaan di suatu negara. Namun, kolonialisme secara tidak langsung juga memperkaya budaya di negara tersebut.

Filipina contohnya. Negara ini pernah dijajah oleh Spanyol, Jepang, dan Amerika. Ketiga budaya negara tersebut bertemu dengan budaya setempat sehingga terjadi akulturasi.

Percampuran tersebut terangkum dalam koleksi busana pengantin rancangan desainer kondang Filipina, Rajo Laurel, yang diperagakan dalam ajang Unveil Wedding Exhibition si Shangri-La Hotel, Jakarta, pada Jumat (5/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rancangan Rajo Laurel terinspirasi kimono Jepang. (CNN Indonesia/ Hanna Azarya Samosir)

Budaya Jepang sangat terlihat pada salah satu baju yang berwarna putih gading. Atasan seperti blazer kimono dengan kain di bagian pinggang dikaitkan dengan tali ke pinggul belakang yang disambut dengan pita besar putih menjuntai ke lantai.

Rok yang sempit di bagian atas, melebar ke bagian kaki berpadu serasi dengan atasan baju. Aksesoris rambut seperti tusuk juga senada dengan tema Jepang ini.

Sementara itu, budaya Eropa dan Amerika terlihat dalam beberapa koleksi lainnya. Salah satu baju terlihat bak malaikat dengan sayapnya.

Bagian atas menggunakan tile ketat dengan embroidery bunga yang hanya menutupi bagian sekitar dada. Bahan tipis dari rok yang mengembang dikaitkan ke rambut sehingga menjuntai indah.

Eksplorasi lebih dalam terlihat dalam salah satu baju yang menggunakan crop top. Embroidery kebaya berwarna abu-abu hanya menutupi bagian dada dan menyambung ke lengan panjang.

Atasan tersebut dipadupadankan dengan rok mengembang berwarna abu-abu pink. Kain tipis pink yang dikaitkan ke rambut menjuntai hingga ke lantai.

Rajo berhasil membuktikan bahwa menjadi seorang desainer harus berani melakukan dekonstruksi untuk mendapatkan keindahan baru.

"Saya rasa desain itu seperti puisi. Untuk mengerti, harus melihat kata individual, lalu menjahitnya. Puisi harus dilihat baris demi baris. Sebelum membangun sesuatu yang baru, harus berani menghancurkan yang lama, lalu bangun kembali," tutur Rajo.

(utw/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER