Tifa, Alat Musik Papua yang Tak Bisa Sembarang Dimainkan

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 08 Jun 2015 20:50 WIB
Menurut Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Jayapura, Chris K. Tokoro, tifa tak dapat sembarang dimainkan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yambise (kedua kiri) menabuh tifa pada Peringatan Hari Toleransi Internasional di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu, 16 November 2014. ( CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Alat musik tradisional merupakan salah satu identitas daerah, seperti tifa dari Papua. Banyak orang mungkin sudah pernah mencoba memainkannya atau setidaknya melihatnya dengan berbagai cara.

Namun, hanya segelintir yang mengetahui makna permainan tifa bagi rakyat adat Papua. Menurut Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Jayapura, Chris K. Tokoro, tifa tak dapat sembarang dimainkan.

"Tifa memang selalu ada dalam rumah adat, tapi harus ada izin dari kepala suku yang disebut Ondofolo jika ingin memainkannya," ujar Chris dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (8/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tifa terbuat dari balok kayu yang dikosongkan bagian tengahnya sehingga membentuk tabung. Di sekitar kayu terukir pahatan dengan ulir khas Papua. Bagian atas kayu ditutup dengan kulit rusa sehingga menghasilkan suara khas.

Suara tersebut tidak bisa didengar pada sembarang kesempatan. Tifa hanya dimainkan saat warga berduka ketika sang Ondofolo tutup usia.

Namun, tifa juga biasa dimainkan dalam pesta-pesta sukacita. Dengan keunikan tersebut, Chris dan pemerintah Jayapura mendaulat tifa sebagai icon Festival Danau Sentani yang akan dihelat pada 20-23 Juni mendatang.

"Festival ini diadakan sejak 2008 untuk memperkenalkan seni budaya dan pariwisata Papua. Ada berbagai budaya dan karya seni yang akan dipamerkan," kata Chris.

Salah satu budaya yang menjadi andalan adalah perempuan Papua menyelam menangkap ikan sambil merokok.

Ada pula acara Menari di Atas Perahu dengan peserta dari 26 kampung yang masing-masing beranggotakan 40 orang.

Selain itu, akan dihelat pula acara Perang di Atas Perahu. Tontonan ini akan diramaikan oleh 20 kampung yang masing-masing paling sedikit berkekuatan 30 orang.

"Khusus untuk tari-tarian dari berbagai kampung ini akan dibuat dalam bentuk kompetisi sehingga dapat menarik massa," kata Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Jayapura, Chris K. Tokoro.

Dengan adanya festival ini, Chris berharap pariwisata Papua dapat terdongkrak dan membawa laba sekitar Rp150 juta. Hal ini dianggap tak berlebihan karena tahun lalu, festival ini berhasil menciptakan sirkulasi uang hingga Rp4,5 miliar. (utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER