Jakarta, CNN Indonesia -- Kuliner Indonesia yang terkenal di mancanegara selama ini hanya segelintir, salah satunya adalah rendang. Namun, kini masyarakat internasional semakin mengenal kekayaan kuliner Nusantara setelah perwakilan Indonesia laris manis di World Street Food Congress (WSFC) 2015 yang berlangsung 8-12 April lalu di Singapura.
Festival jajanan yang diikuti 32 negara tersebut berhasil menjadi momen bagi makanan khas Indonesia, yaitu Gudeg Yu Nap, Kupat Tahu Gempol, dan Ayam Taliwang Bersaudara. Ditemui dalam Festival Jajanan Bango di Plaza Barat Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, pada Minggu (14/6), Jeffry Sie pemilik dari Gudeg Yu Nap, menceritakan betapa masyarakat internasional tergila-gila dengan kuliner Indonesia.
"Kami mencatat selama lima hari penyelenggaraan WSFC 2015, telah terjual 2.753 porsi dan Indonesia menjadi yang terlaris dari seluruh peserta di ASEAN," kata Jeffry kepada
CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jeffry tidak pernah menyangka bakal meladeni ribuan lidah masyarakat internasional yang terpincut gudeg hingga dirinya lelah bukan kepalang. Tercatat, dua kuintal nangka muda sudah ia sulap menjadi gudeg. Bahkan dirinya sudah tak sanggup untuk menghitung berapa banyak ia memasak gudeg.
 Jeffry Sie, pemilik Gudeg Yu Nap mengungkap pengalamannya menyiapkan ribuan porsi masakan khas Indonesia di sebuah ajang di Singapura, yang memperlihatkan animo mancanegara terhadap kuliner Nusantara. (CNNIndonesia/Endro Priherdityo) |
Pria campuran Cirebon dan Semarang ini memiliki kesempatan untuk mewakili Indonesia setelah direkrut oleh salah satu produsen kecap. Bukan tanpa kendala meski semua akomodasi dan bahan sudah disiapkan oleh panitia dan sponsor yang memboyongnya ke Negeri Singa tersebut.
"Saya butuh waktu untuk memasak gudeg hingga tiga hari sampai benar-benar sesuai dengan autentisitas yang saya pegang," kata Jeffry.
Bukannya tanpa kerjaan Jeffry harus menyediakan waktu memasak tiga hari hanya untuk makanan khas Yogyakarta tersebut. Ia mengaku memegang tradisi dari sang koki yang berasal dari Gunung Kidul. Resep yang diterima oleh sang koki merupakan warisan turun temurun dari sang nenek.
Selain gudeg yang butuh tiga hari untuk matang, bacem tahu, tempe, dan telur pun membutuhkan waktu masak seperti perjalanan mobil dari Jakarta ke Yogyakarta, seharian penuh. Lagi-lagi, Jeffry hanya mempertahankan pakem yang ia terima.
Ia bahkan memohon kepada panitia untuk meminta hari tambahan sebelum mulai acara untuk memasak, namun sayang permohonannya tidak dikabulkan. Terpaksa, tiga hari sebelum acara dimulai yang semestinya digunakan untuk persiapan stand, harus diselingi dengan memasak gudeg.
Rupanya keunikan tersebut dapat menjadi pendongkrak dirinya menggilas makanan lain dari Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hal ini terbukti dari ramainya antrean pengunjung untuk mencicipi makanan yang disebut orang luar sebagai,
jackfruit sambal."Pada hari pertama langsung ludes, hari ke-dua dan ke-tiga itu antreannya sudah mengular, bahkan saat hari ke-empat, kami belum buka sudah diantre, banyak pengunjung masuk
waiting list," kata Jeffry. "Para pengunjung antusias dengan rasa makanan Indonesia yang kuat rasa."
Pria tambun dan ramah tersebut sampai harus menerbangkan kerupuk kulit kerbau sebagai bahan krecek karena yang ada di Singapura tidak memiliki bahan cukup dan harga pun mahal.
Meski dijual seporsi S$ 10, atau sekitar Rp 99 ribu, bukan menjadi penghalang pengunjung untuk memborong gudeg Yu Nap. Bahkan, menurut Jeffry, ada yang rela membeli hingga S$ 70, atau hampir Rp 700 ribu.
Bukan cuma memborong, namun ada beberapa pelanggan diakui Jeffry meminta gudeg tersebut untuk dikirim ke luar negeri guna memenuhi keinginan pasar mancanegara yang penasaran dengan rasa gudeg tiga hari tersebut.
Jeffry bisa sedikit berbangga, karena gudeg yang ia masak tanpa bahan pengawet namun dengan penanganan yang tepat dapat memperpanjang umur dari gudeg.
"Kalau di-
chill, gudeg tahan tiga sampai empat hari, tapi kalau di-
frozen, tahan hingga satu tahun," kata Jeffry.
Gudeg Yu Nap merupakan sebuah tempat makan khas gudeg Jawa yang berlokasi di Jalan Cipta Graha Raya No 1 Gunung Batu, Bandung, Jawa Barat. Kini, setelah namanya menjadi buah bibir lidah mancanegara, dirinya masih belum berencana membuka cabang selain di Bandung lantaran terkendala biaya. Namun bukan mustahil rencana tersebut akan coba diwujudkannya.
(end/vga)