Singapura, CNN Indonesia -- Singapura memang terkenal dengan modernitasnya yang punya suasana berbeda dari Jakarta. Gedung pencakar langit, jalanannya yang bersih, dan transportasi umum yang nyaman serta tepat waktu terlihat sangat menyenangkan. Tak heran, banyak wisatawan yang betah datang ke Negeri Singa ini.
Yang harus di apresiasi, di tengah modernitasnya, negara ini masih sangat menjaga bangunan bersejarah mereka. Bukan cuma sekadar kuil atau museum, tapi juga hotel-hotel yang dikelola pihak swasta.
Hotel Amoy dari grup Far East Hospitality adalah salah satu butik hotel yang terletak di kawasan Telok Ayer, Singapura. Dengan karakteristiknya yang tradisional dan unik, keberadaan hotel ini cukup menonjol di kawasan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah gerbang tradisional China berlapis semen berwarna keabuan terlihat menonjol kala diapit dua buah gedung tinggi di kiri dan kanannya. Gerbang kecil ini adalah pintu masuk ke Hotel Amoy. Meski terlihat kecil dari depan, namun kenyataannya, hotel ini berukuran cukup luas di dalamnya.
Sebelum masuk ke hotel, gerbang ini menjadi sebuah mesin waktu yang akan membawa Anda kembali ke masa kedatangan imigran China Hakka dan Kanton ke Singapura. Gerbang ini menghubungkan museum Fuk Tak Chi dengan lobi Hotel Amoy.
"Memang sengaja didesain, para tamu akan memasuki gerbang ini kemudian bisa berkeliling museum baru kemudian menuju lobi hotel," kata Christina Tan, Manager Communication Amoy Hotel kepada CNN Indonesia.
Diungkapkan Christina, museum ini merupakan bagian dari bangunan bersejarah yang ada di Singapura. "Ketika hotel ini akan dibangun, pemerintah memberi izin namun dengan catatan, bahwa museum tidak boleh dihancurkan," ucapnya. "Akhirnya, pihak manajemen hotel pun punya ide untuk membuat konsep hotel yang lebih tradisional dan sesuai dengan lingkungan sekitarnya yang masih kental nuansa tradisional."
Bangunan museum tersebut masih dipertahankan sesuai dengan aslinya. Museum ini dulunya merupakan sebuah kuil yang dipakai imigran China untuk melakukan aktivitas keagamaannya. Kuil yang dibangun tahun 1824 itu digunakan para imigran untuk berterima kasih atas keselamatan perjalanan mereka.
Di bagian dalamnya, terdapat sumur batu lengkap dengan pancuran air yang terbuat dari bambu. Sumur kecil ini, diceritakan Christina, adalah sumur yang digunakan oleh para imigran China dalam aktivitasnya. Sumur ini menempel dengan dinding yang berhias dengan nama-nama marga para imigran. Di dinding tertempel nama Zhuang, Chen, Zheng, Wang dan lainnya.
"Nama-namanya ini diabadikan di dinding lobi hotel sebagai tanda penghormatan kepada mereka."
Nama ini bukan sekadar penghias dinding. Namun, nama marga imigran ini juga menjadi tanda 'nomor' kamar. Jika biasanya setiap kamar hotel memiliki nomor yang berbeda, di Amoy, Anda akan menginap di kamar bermarga, misalnya di kamar Zhuang. Meskipun sebenarnya di bawah nama marga, juga terdapat nomor kamar.
Namun sayangnya, museum Fuk Tak Chi ini sedang dalam masa perbaikan. Anda harus memutar untuk bisa masuk ke dalam hotel. "Museum sedang diperbaiki sampai kira-kira bulan September 2015 mendatang," kata Christina.
Suasana asri dan tenang
 Ruangan kamar hotel Amoy Singapura (Dok. Amoy) |
Memasuki lobi, suasana nyaman, asri, bersahabat dan teduh pun langsung terasa. Kondisinya jauh berbeda dengan cuaca di luar yang panas terik. Grafiti-grafiti kartun imigran China tradisional di dinding yang berwarna kuning serta kursi-kursi kayu yang empuk seolah menyambut tamu yang hadir.
Arsitektur hotel ini didominasi dengan nuansa kayu. Jendela-jendela kayu di setiap kamarnya pun dibuat dengan kayu yang dicat merah. Tak aneh, bagi masyarakat China, warna merah adalah warna keberuntungan.
Meski bergaya tradisional, hotel ini juga tetap memberikan sentuhan modern dalam setiap kamarnya. Misalnya saja, jendela bergaya jadoel, yang mirip dengan jendela ala Betawi ini dipadukan dengan tirai otomatis yang bisa dibuka dan tutup.
Di dalam kamarnya, hotel ini juga memberikan beragam fasilitas, antara lain mini bar, internet, lemari, teko pemasak air, coffee maker, kopi dan teh, televisi dan kasur yang empuk. Kamar mandinya sendiri lebih bergaya minimalis modern. Rain shower dibuat terpisah dengan toilet dan juga wastafel.
Hanya saja, antara kamar mandi dengan kamar tidur hanya dibatasi kaca tebal. Di beberapa bagiannya memang sengaja diwarnai lebih tebal agar orang yang sedang mandi tak terlihat dari luar. Hanya ada beberapa bagian yang terlihat transparan. Jika tidak ingin terlihat dari luar, pastikan Anda mandi menggunakan air hangat sehingga uapnya akan mengaburkan pantulan Anda di kaca. Di dalam kamar mandi juga tak terdapat penggantung baju sehingga agak sedikit kebingungan di mana harus menggantung baju.
Meski kamarnya hanya berukuran rata-rata 20 meter persegi, namun sang arsitek nampaknya sangat mahir memanfaatkan ruang. Ruangan kamar terasa cukup luas dengan beberapa 'trik' memanfaatkan ruang. Kaca besar dan panjang seukuran tubuh misalnya, sekilas tak terlihat. Namun, begitu pintu kamar mandi tertutup, kaca ini akan muncul di hadapan. Cara ini cukup menghemat ruang, pasalnya, kaca setinggi ini akan menghabiskan banyak tempat jika diletakkan terpisah.
Selain itu, di rak televisi yang bergaya ukiran China ini terletak menghadap ke jendela. Padahal, kasur berada di samping rak, bukan di hadapan. Ternyata, salah satu staf menunjukkan kalau rak ini bisa dibuka dan diputar menghadap kasur jika ingin menonton. Jika tak digunakan, rak bisa ditutup lagi sehingga tak menghalangi pergerakan Anda di dalam kamar.
Hanya 37 kamarHotel ini hanya memiliki 37 kamar tamu saja dengan satu buah lift. Terbilang cukup kecil untuk sebuah hotel. Hanya saja, kamar yang sedikit ini dikatakan Christina bertujuan agar staf hotel bisa memberi servis yang memuaskan kepada tamu.
"Dengan kamar yang sedikit, jadinya staf jadi fokus untuk memberi servis memuaskan dan yang terbaik kepada tamu."
Hotel ini memiliki dua tipe kamar, yaitu cozy single dan juga deluxe double. Perbedaan yang paling mendasar hanyalah ukuran kasurnya saja.
Namun sampai di Singapura, rasanya sayang kalau Anda hanya tinggal di hotel saja. Sekeliling Hotel Amoy juga termasuk menyenangkan untuk disinggahi. Nuansa di sekitar hotel masih berbalut nuansa tradisional modern. Anda bisa berwisata kuliner dalam atmosfer kumpulan restoran dan bar yang bergaya al fresco.
Sekitar 10 menit berjalan dari hotel ini, Anda juga akan sampai ke kawasan wisata populer di negeri itu, yaitu patung Merlion.
(chs/mer)