Situs Bersejarah Nepal Kembali Dibuka untuk Wisatawan

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Rabu, 17 Jun 2015 10:43 WIB
"Dengan membuka situs ini, kami berusaha untuk memberikan pesan kepada dunia, bahwa kami berusaha hidup normal kembali," kata Sarad Pradhan,
Nepal Pasca Gempa (REUTERS/Navesh Chitrakar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua bulan berlalu setelah gempa bumi dahsyat di Nepal. Gempa ini menewaskan hampir 9000 jiwa. Gempa ini juga meratakan seluruh kota Kathmandu dan desa-desa di sekitarnya.

Kerusakan juga terjadi pada berbagai situs bersejarah di negara ini. Namun kini, kebangkitan Nepal sudah mulai kembali bergelora dan menunjukkan hasil. Kini, pemerintah Nepal sudah berencana untuk membuka kembali tujuh situs warisan bersejarah yang sudah ditutup sejak tanggal 25 April 2015 lalu.


Setelah proses pembersihan menyeluruh di lokasi tersebut, lokasi wisata ini akan kembali terbuka untuk umum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menutup situs tersebut karena puing dan reruntuhan dari berbagai bangunan keagamaan yang rusak karena gempa harus disingkirkan," kata juru bicara departemen arkeologi, Ram Bahadur Kunwar kepada CNN.

Dia menambahkan bahwa artefak penting arkeologi juga harus diamankan.

Ratusan monumen bersejarah rusak

Menurut Departemen Arkeologi ada 443 monumen arkeologi, termasuk candi di tiga kawasan di lembah Kathmandu terkena dampak gempa.

Situs-situs yang sudah dibuka pada hari Senin adalah Durbar Bhaktapur, Kathmandu dan Lalitpur - sebuah kota kuno dan rumah yang berusia berabad-abad, pagoda unik yang bergaya candi.

Semua kawasan wisata ini bersama dengan empat monumen Hindu dan Buddha membentuk tujuh situs warisan dunia dari UNESCO. Kawasan ini bisa menarik ratusan ribu wisatawan setiap tahunnya.

"Dengan membuka situs ini, kami berusaha untuk memberikan pesan kepada dunia, bahwa kami berusaha hidup normal kembali," kata Sarad Pradhan, konsultan media dari Nepal Tourism Board. "Kami berharap bahwa kembalinya wisatawan akan mengembalikan kehidupan masyarakat yang bergantung pada pariwisata."

Setelah gempa, negara ini juga menderita akibat adanya gempa susulan 7,8 skala richter. Akibatnya, tidak semua daerah situs warisan telah dibuka, karena kata Kunwar, dikhawatirkan masih ada bahaya runtuh di beberapa kompleks candi.

Pemerintah berencana untuk merekonstruksi, merenovasi dan melestarikan semua monumen yang rusak karena gempa. Waktu yang dibutuhkan berkisar 5-7 tahun dengan biaya antara 70-100 juta dollar.

(chs/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER