Gejala Awal Psikopat, Kejam Terhadap Hewan dan Orang Sekitar

Utami Widowati | CNN Indonesia
Kamis, 18 Jun 2015 06:11 WIB
Seiring waktu, perilaku mereka akan menunjukkan seberapa parah kondisi psikopati mereka, lebih dari sekadar keegoisan kanak-kanak.
Ilustrasi anak dengan gejala psikopati. (Thinkstock/Arvydas Kniuk?ta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kejahatan yang disertai tindakan keji seperti yang menimpa Angeline, gadis kecil usia 8 tahun yang tewas mengenaskan setelah dinyatakan hilang selama hampir sebulan sering dikaitkan dengan tindakan seorang psikopat.

Psikopat sendiri tidak muncul secara tiba-tiba. “Jika Anda melihat ke belakang, ke masa kecil pelaku kejahatan Anda akan menemukan sejarah yang sangat panjang,” kata Robert Hare yang mempelajari masalah psikopat selama lebih dari 40 tahun.
Hare yang juga penulis buku Without Conscience: The Disturbing World of the Psychopaths Among Us ini menyatakan Kejahatan pengidap psikopat biasanya pada awalnya ditunjukkan pada kekejaman terhadap hewan hingga pembiaran dan tindakan melukai orang-orang di sekelilingnya.

Kejahatan yang dilakukan biasanya melampaui pertengkaran dan adu argumen yang biasa terjadi antar teman atau saudara yang wajar terjadi saat mereka masih kanak-kanak. “Tindakan mereka biasanya jauh di luar norma,” kata Hare seperti dikutip CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski tak ada anak-anak yang layak dilabeli dengan kata psikopat, namun beberapa tanda yang memprediksi tingginya probabilita seorang anak akan mengembangkan kepribadian psikopat sudah dikenal sejumlah ahli jiwa.

Termasuk di dalamnya kurangnya rasa bersalah, kurangnya empati, kurangnya kepedulian terhadap performa di mata orang lain hingga rendah atau tidak jujurnya emosi mereka.

Seiring waktu, perilaku mereka akan menunjukkan seberapa parah kondisi psikopati mereka, lebih dari sekadar keegoisan kanak-kanak. Bahkan ketika dibandingkan dengan anak-anak pengidap kelainan perilaku dan masalah psikologi lain, anak-anak yang punya kecenderungan menjadi psikopat lebih ‘berani’ melawan orang tua, guru dan teman-teman sebayanya.

Mengidentifikasikan psikopat, atau anak-anak dengan risiko mengembangkan psikopati, tergantung pada bagaimana penelitian terhadap perilaku mereka, interaksi mereka terhadap anak-anak lewat wawancara panjang dan berbagai ukuran yang sudah dibuat pula misalnya seperti yang dibuat oleh Hare. Dengan pengukuran yang ditentukan dengan cepat kemungkinan seseorang memang mengidap psikopati dan dalam kadar seperti apa.

Namun dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) para ahli bisa meneliti fungsi otak pengidap psikopat. Terutama fungsi pada area frontal cortex dan sistem limbiknya.  

Ini adalah area otak manusia yang mengolah empati, alasan moral, proses emosi sosial seperti rasa bersalah dan rasa malu, dan fungsi belajar tentang hadiah dan ganjaran.

Psikopati juga diduga mengandung kondisi diturunkan. “Semakin pariah tingkat psikopatinya, semakin besar kelainan ini akan diturunkan,” kata J. Reid Meloy, psikolog dan  penulis buku The Psychopathic Mind.

“Memang ada faktor genetik yang terlibat didalamnya. Ada banyak bukti yang mengindikasikan psikopati adalah interaksi antara genetik dan faktor lingkungan,” kata Hare sepakat dengan Meloy.

(utw/utw)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER