Jakarta, CNN Indonesia -- Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Jamal, sempat diterpa protes lantaran dituduh melakukan diskriminasi dengan memberlakukan jam malam bagi perempuan di daerahnya.
Hal tersebut pun akhirnya menjadi ketakutan tersendiri bagi para pelancong yang ingin menikmati suasana Ramadan di Serambi Mekkah tersebut.
(Baca juga: Demi Memacu Pariwisata, Banda Aceh Ingin Jadi Kota Transit)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Illiza menampik pemberitaan tersebut. Menurutnya, pemerintah tidak pernah memberlakukan jam malam bagi perempuan.
"Tidak ada instruksi jam malam. Itu hanya isu yang dibuat oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," ujar Illiza melalui sambungan telepon dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.
Semua bermula ketika Illiza mendapat Instruksi Gubernur Aceh Nomor 02/INSTR/2014 tentang Penertiban Cafe dan Layanan Internet se-Aceh. Setelah menyesuaikan dengan keadaan Banda Aceh, Illiza pun melansir Instruksi Wali Kota Banda Aceh Nomor 2 tahun 2015.
Akar permasalah terletak pada interpretasi orang terhadap butir ketiga belas dalam instruksi tersebut. Poin tersebut berbunyi, "Mengawasi pembatasan jam kerja hingga pukul 23.00 WIB bagi karyawati pada tempat wisata, rekreasi, atau hiburan, penyedia layanan internet, cafe sejenisnya, dan sarana olahraga."
Banyak orang kemudian menginterpretasikan dan menebar rumor bahwa semua perempuan di Aceh dilarang berkeliaran di atas pukul 23.00. Menampik rumor tersebut, Illiza berkata, "Kami hanya mau memberikan perlindungan sampai akhir izin usaha. Di Banda Aceh, izin usaha juga hanya sampai jam 00.00. Tidak pernah ada aturan tidak boleh kerja atau pelarangan orang keluar malam."
Aturan ini juga tidak berlaku bagi pekerja yang kewajibannya mengharuskan mereka bekerja larut malam. "Tidak semua bidang usaha. Tentu orang seperti tenaga medis, resepsionis hotel, swalayan, wartawati, politisi, tidak ada aturan tidak boleh keluar malam," tutur Illiza.
Illiza pun memastikan bahwa turis tak perlu khawatir dengan aturan ini. Ia menyambut wisatawan manapun dengan jenis kelamin apapun untuk bertandang ke Banda Aceh.
"Jam itu hanya berlaku untuk pekerja. Wisatawan tak perlu takut dan nikmati saja suasana Ramadan di Aceh,” kata terkait bulan puasa yang sedang berlangsung saat ini.
(utw/utw)