Anak dari Keluarga Miskin Memiliki Fungsi Mental Buruk

Windratie | CNN Indonesia
Senin, 22 Jun 2015 06:17 WIB
Anak dari keluarga-keluarga berpenghasilan rendah memiliki kadar hormon stres lebih tinggi serta keterlambatan belajar.
Menurut penelitian, ada banyak sumber stres pada anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah. (Getty images/ Thinkstock/XiXinXing)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah penelitian terhadap anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah di Amerika Serikat dilakukan. Dilaporkan, anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak stabil dan ibu yang tidak memberikan kebutuhan emosional, memiliki kadar hormon stres lebih tinggi serta keterlambatan belajar.

Penelitian ini mengikat pola tertentu hormon kortisol, yakni yang dilepaskan ke aliran darah ketika stres, dengan kemampuan kognitif anak-anak dalam kondisi kemiskinan.

Pola asuh yang tidak sensitif dan ketidakstabilan keluarga adalah penentu profil kortisol anak terkuat. Bahkan, lebih kuat dari faktor lain, misalnya kekerasan antarpasangan, kata Jennifer H. Suor, mahasiswa doktor di bidang psikologi klinis di Universitas Rochester.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Penelitian ekstensif melaporkan, banyak anak (dari keluarga) berpenghasilan rendah menghadapi berbagai tekanan sosial, misalnya lingkungan keluarga yang kacau dan tak terduga, pengasuhan bermasalah, dan kesulitan ekonomi diketahui memberikan beban besar pada sistem keluarga,” kata Suor.

Sekitar 201 pasang ibu berpenghasilan rendah dan anak mereka yang berusia dua tahun direkrut dari program pendampingan masyarakat di Rochester, New York. Hampir semuanya menerima bantuan publik dan hidup di bawah garis kemiskinan di AS. Lebih dari setengah jumlah ibu mengidentifikasi diri mereka sebagai kulit hitam.

Pada kunjungan pertama, peneliti mengamati pasangan ibu-anak tersebut bermain teka-teki selama 10 menit. Mereka menilai 'ketersediaan emosional' ibu untuk anak. Peneliti mencari kesadaran para ibu atas kebutuhan, suasana hati, minat, dan kemampuan anak.

Para ibu mengisi kuesioner ketidakstabilan keluarga. Kuesioner ini menilai adanya perubahan pengasuhan, perubahan tempat tinggal, pekerjaan, penghasilan, atau kematian keluarga yang terjadi selama tiga tahun sebelumnya. Setiap tahun, selama tiga tahun, para peneliti mengumpulkan dua sampel air liur anak-anak untuk memantau kadar kortisol mereka.

Anak-anak dengan kadar kortisol yang lebih tinggi dan lebih rendah cenderung memiliki fungsi mental lebih buruk pada usia empat tahun. Anak-anak dengan pola kortisol lebih tinggi memiliki interaksi lebih sensitif dengan ibu mereka selama periode pengamatan yang dimulai pada usia dua tahun.

Sementara, anak-anak dengan kortisol moderat mengalami lebih sedikit kesulitan keluarga pada usia dua tahun. Anak-anak ini juga mempunyai kinerja kognitif tertinggi pada usia empat tahun.

Hormon kortisol dapat menyeberang dari darah ke otak. Jumlahnya yang terlalu banyak atau terlalu sedikit mempunyai dampak negatif pada struktur otak dan proses neurobiologis lainnya. Namun, Suor mengatakan, mekanisme yang tepat masih belum diketahui.

“Kemiskinan tak bisa disangkal lagi adalah hal yang tidak baik untuk anak-anak dan keluarga. Ada banyak potensi sumber stres pada anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah,” kata  JJ Cutuli, peneliti yang memelajari ketahanan pengembangan anak di Rutgers University-Camden, New Jersey.


(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER