Jakarta, CNN Indonesia -- Hanya enam orang di dunia dapat melakukan hal yang akan dikerjakan oleh Sergio Pacheco. Pria paruh baya yang jarang mengembangkan senyum tersebut mengenakan topi berbulu, kalung biji-bijian, dan pakaian bergambar burung besar berwarna merah marun.
"Saya akan menunjukkan kepada Anda bagaimana cara penyembuhan di komunitas saya. Jika seseorang percaya, mereka akan sembuh," ujar Pacheco menggunakan bahasa Harakmbut dengan seorang penerjemah yang sigap menjelaskan kepada khalayak di National Mall, Amerika Serikat.
Seperti dilansir NPR, Pacheco adalah seorang dokter tradisional dari Wachiperi, kelompok etnis yang berdiam di kaki bukit Andes. Hidup terisolasi dari dunia luar di tenggara Peru, populasi suku tersebut menurun drastis ketika berhubungan dengan warga Barat berpenyakit pada pertengahan Abad ke-20. Kini, hanya ada 90-140 orang Wachiperi yang bertahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pacheco melanglang buana sekitar 4.828 kilometer dari hutan hujan Amazon ke Smithsonian Folklife Festival di Washington D.C., pada Juni lalu untuk berbagai pengalaman dan pengetahuan mengenai peninggalan sejarah budayanya kepada dunia.
Ia kemudian beraksi dengan menyembuhkan sakit kepala dan cedera kaki seorang perempuan. Pacheco meletakkan daun hijau kering bernama Santa Maria di atas kepala dan kaki perempuan tersebut. Setelah itu, ia duduk dan mulai menyanyikan esuwa, lagu penyembuhan tradisional dari Wachiperi.
Pacheco terus bernyanyi dan melambaikan daun tembakau kering berulang kali ke udara, ke depan, lalu belakang. Meskipun untaian kata tersebut tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, semua penonton terkesima dan sangat menghormati prosesnya. Banyak dari mereka menganggap sedang menyaksikan sebuah praktik yang hampir punah.
Pada 2011, UNESCO memasukkan lagu penyembuhan tersebut ke dalam List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding. Kala itu, ada dua belas pelantun esuwa di dunia. Jumlah tersebut terus menurun hingga akhirnya kini tersisa enam orang. UNESCO pun melakukan segala daya upaya agar budaya tersebut dapat dikenal generasi berikutnya dan tidak punah.
Lagu penyembuhan Wachiperi sendiri ada beberapa jenis, sesuai dengan jenis penyakitnya. Ekuchirite esuwa untuk menyembuhkan sakit kepala dan migrain, Wewechindign penurun demam, dan Bihichindign untuk menahirkan luka gigitan ular. Di samping itu, ada nyanyian sakral untuk memanggil kembali jiwa seseorang yang nyaris meninggal dunia, yaitu Mbpehekaieesuwa.
Menurut legenda, suku Wachiperi mempelajari berbagai jenis esuwa ini dari hewan-hewan hutan. Setiap lagu dipersembahkan bagi roh hutan untuk membantu proses penyembuhan.
Pacheco menekankan bahwa jika seseorang percaya pada tumbuhan dan proses penyembuhannya, mereka akan tahir. Ia lantas menurutkan kisah seorang pria yang kakinya tertimpa pohon dan tak dapat berjalan lagi. Setelah dinyanyikan esuwa, ia berdiri dan berjalan seperti biasa.
Hal ini pula yang akan praktikkan kepada perempuan di festival tersebut. Setelah berhenti bernyanyi, ia meludahi daun tembakau kering tersebut dan menggigitnya. Pacheco mengunyah daun itu dan meludahinya ke kaki sang pasien. Ia mulai mengusap campuran tembakau dan Santa Maria, memijat kaki itu dan sesekali kembali meludah. Ia menyudahi penyembuhan tersebut dengan menepuk daun tembakau kering tersebut di atas kaki perempuan itu.
Untuk menyembuhkan sakit kepala wanita itu, Pacheco mengambil cangkang keong besar berisi daun tembakau yang sudah dilumatkan. Pacheco mengambil sebagian daun tembakau itu untuk dimasukkan ke dalam corong tulang burung yang kemudian ditempatkan di hidung perempuan tersebut. Pacheco meniup kencang selongsong tersebut yang lantas membuat perempuan itu bergidik karena tembakau menerjang hidungnya.
"Saya telah menyembuhkan adik saya," ucap Pacheco kepada para penonton.
Usai ritual tersebut rampung, orang mulai mengerubungi Pacheco, meminta pertolongan. Sayangnya, ia tidak memiliki waktu. Namun, Pacheco berjanji jika para penonton berkunjung ke Peru, ia akan menyembuhkan mereka.
Pacheco harus terbang ke kampung halamannya dan kembali berjuang mempertahankan tradisi esuwa. Menurutnya, kini generasi muda tidak lagi mempercayai penyembuhan tradisional. Mereka sangat skeptis. Jasa Pacheco tak lagi laris manis. Generasi muda Wachiperi lebih memilih pergi ke dokter atau ahli farmasi.
Tabib tradisional yang mempelajari ilmu esuwa dari ayahnya itupun tak tinggal diam. Beberapa kali ia mengunjungi sekolah guna berbagi ilmu pengetahuan mengenai tumbuhan, esuwa, dan cara penyembuhan tradisional Wachiperi, tapi tak ada lagi semangat di tengah siswa.
"Saya katakan bahwa ini untuk kebaikan mereka. Pil obat-obatan merusak tubuh kalian karena bahan kimia. Ketika saya sakit, saya menyembuhkan tubuh saya hanya dengan tumbuhan. Tumbuhan saya adalah farmasi saya, tapi generasi muda akan melupakan penyembuhan alami kami," tutur Pacheco.
Kendati demikian, keadaan tersebut sama sekali tak menyurutkan semangat Pacheco. "Tidak sama sekali. Jika mereka mau, mereka akan belajar. Namun, saya puas dengan kebijaksanaan yang saya terima dari ayah saya dan saya akan terus melakukan ini sampai Tuhan mencabut nyawa saya," katanya.
(mer)