Jakarta, CNN Indonesia -- Awal tahun 1990-an, Australia gempar ketika tujuh turis mancanegara ditemukan tewas mengenaskan, dibunuh oleh seorang pekerja jalanan, Ivan Milat, di Belanglo State Forest, New South Wales.
Hampir dua dekade setelah insiden tersebut, kini sebuah perusahaan pariwisata mengundang para turis untuk merasakan sensasi kengerian di lokasi kejahatan itu dengan biaya 75 Pound Sterling atau setara Rp1,5 juta.
"Sekali Anda masuk Belanglo State Forest, Anda tidak akan pernah bisa keluar," demikian iklan promosi yang dipampang perusahaan tersebut dalam situs resminya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide ini langsung dibanjiri kecaman dari berbagai pihak. Pemerintah setempat mengatakan bahwa terlalu cepat untuk merombak lokasi kejahatan yang sangat terkenal menjadi satu situs wisata.
"Ini benar-benar keterlaluan. Bukan hanya selera yang buruk, tapi ini benar-benar mengerikan, menghebohkan," ujar Perdana Menteri New South Wales, Mike Baird, seperti dikutip The Independent.
Para aktivis pembela korban juga mengutuk proyek ini. Menurut mereka, pihak perusahaan tidak peka terhadap perasaan kerabat yang ditinggal oleh para korban.
Kecaman juga datang dari pensiunan petugas kepolisian yang dahulu ditugaskan untuk menginvestigasi kasus pembunuhan tersebut, Clive Small. "Tidak ada penghargaan bagi korban atau keluarga dan temannya. Ini semua hanya mengejar sensasi," ucapnya.
Membendung arus protes tersebut, penggagas tur, Louise Edwards, menekankan bahwa paket wisata yang ditawarkan sangat menjunjung penghormatan dan kepekaan.
"Kami mengunjungi situs memorial dan memberi penghormatan kepada korban-korban Ivan. Kami tidak menyuguhkan rekaman orang yang sedang berteriak. Ini bukan tur semacam itu," kata Edwards.
Hingga berita ini diturunkan, belum jelas nasib kelanjutan dari proyek wisata ini. Untuk membuka sebuah tempat wisata di malam hari, dibutuhkan izin resmi dari pemerintah yang hingga kini belum dikantongi Edwards.
(utw/utw)