IDI Ingatkan Dokter untuk Tak Berikan Antibiotik Sembarangan

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Rabu, 05 Agu 2015 17:55 WIB
BPJS harus benar-benar dapat meningkatkan pengawasan untuk mengontrol diberikannya obat terutama antibiotik secara suka-suka kepada masyarakat.
BPJS harus benar-benar dapat meningkatkan pengawasan untuk mengontrol diberikannya obat terutama antibiotik secara suka-suka kepada masyarakat. (Thinkstock/AlexRaths)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengingatkan para dokter agar tidak memberikan antibiotik kepada pasien secara suka-suka. Hal tersebut terutama bagi para dokter yang tempat kerjanya berafiliasi dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Sebab, Peraturan BPJS Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan mengatur kendali biaya. Menurut IDI, hal itu juga yang seharusnya menjadi acuan dokter untuk tidak sembrono memberikan atau menggunakan antiobiotik.

"Kalau (obat) tidak sesuai indikasi kan tidak dibayar. Kemudian itu jadi tanggung jawab siapa?" ujar Ketua IDI Zaenal Abidin di Kantor IDI, Jakarta, Rabu (5/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengawasan dilakukan tim teknis yang kewenangannya diatur dalam pasal 86 ayat 2. Kewenangan tim teknis antara lain, meminta dan mendapatkan informasi untuk kasus tertentu mengenai identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat pengobatan peserta dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis kepada Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan.

Selain itu, tim teknis juga berwenang melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam pelayanan kesehatan secara berkala melalui pemanfaatan sistem informasi kesehatan.

Oleh sebab itu, ia berharap BPJS benar-benar dapat meningkatkan pengawasan untuk dapat mengontrol diberikannya obat terutama antibiotik secara suka-suka kepada masyarakat.

Diketahui, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan berkembangnya kuman resisten, atau kebal terhadap obat, dan dapat berujung kematian. Guru Besar Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rianto Setiabudi mengungkapkan antibiotik adalah untuk penyakit akibat infeksi, bukan virus.

(win/win)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER