Bandung, CNN Indonesia -- Di satu sudut ruangan, seorang nenek terlihat duduk tenang di atas kursi putih panjang, menyantap sepiring lotek di restoran Kalipah Apo, Bandung. Di sebelahnya, sang cucu merengek meminta tambahan lumuran bumbu kacang di atas lontongnya.
"Kami selalu mempertahankan rasa sehingga orang dari zaman nenek saya masih suka ke sini. Ternyata, orang Sunda generasi muda juga suka lotek di sini," ujar pengelola Lotek Kalipah Apo, Lydia Jo, kepada CNN Indonesia saat ditemui pada Kamis (6/8).
Bukan hal mudah mempertahankan bumbu yang sudah diwariskan oleh nenek dan ibunda Lydia sejak enam dekade lalu, tepatnya tahun 1953. Kala itu, keluarga nenek Lydia, Mariana Latief, tengah menghadapi badai hidup ketika ditinggal oleh sang nahkoda, yaitu kepala keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai anak pertama, ibunda Lydia, Foula Suryadi, memutar otak untuk menyambung hidup keluarganya. "Awalnya itu hanya berjualan lotek di depan rumah orang. Lama-lama karena enak, mulai laku dan banyak yang datang karena mereka sangat memerhatikan kualitas bahan dan bumbu lotek," tutur Lydia.
Menurut Lydia, semua bahan melalui tahap pengendalian ketat sebelum akhirnya diulek di atas cobek besar. "Kacang tanah yang kami pakai saja kami perhatikan proses tumbuhnya. Pokoknya, dari mentah sampai matang, disangrai, dan dihaluskan, kami perhatikan," katanya.
Hasilnya, bumbu kacang terasa sangat halus di lidah. Namun, ada yang berbeda dengan bumbu kacang di lotek Kalipah Apo. Lebih manis.
"Kami sesuaikan dengan selera orang Bandung yang ternyata kebanyakan justru lebih suka manis. Saat diulek juga kami campur dengan kencur agar rasanya lebih gurih," ucap Lydia.
Ketika melahap keseluruhan lotek yang berisi kangkung, tauge, dan lontong, semua bahan lumat dengan sempurna di lidah. Rahasianya terletak pada alat kukus yang digunakan Lydia.
"Semua bahan masih kami kukus dengan kukusan bambu zaman dahulu, jadi rasanya juga beda," ucapnya.
Tak hanya lotek makanan warisan yang ditawarkan di Lotek Kalipah Apo. Ada pula berbagai macam kolak dengan racikan rahasia Foula dan Mariana.
 Pengelola Lotek Kalipah Apo, Lydia Jo, saat ditemui di restorannya di Bandung, Kamis (6/8). (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir) |
"Awalnya itu cuma satu, tapi sekarang sudah dikembangkan terus sampai ada sepuluh. Tetap, semuanya harus melalui proses sortir bahan yang ketat," kata Lydia.
Jika tak ingin makan berat, Lydia juga menyediakan pilihan menu rujak dan berbagai macam kerupuk.
Bukan hanya rasa, Lydia juga mengaku ingin mempertahankan harga rendah agar tak kehilangan akar bisnis. Untuk menikmati lotek di Kalipah Apo, pengunjung cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 18 ribu, sementara untuk rujak dan kolak Rp 15 ribu.
"Rasa, harga, semuanya kami pertahankan," ucap Lydia.
(mer)