Bandung, CNN Indonesia -- Di tengah jajaran tempat makan Sunda dan mancanegara yang sepi di sepanjang Jalan Buah Batu, Bandung, ada satu restoran soto asal Garut justru dipadati pengunjung. Asap dan aroma soto yang mengepul dari dapur depan restoran Soto Haji Ahri langsung menyambut ketika kaki melangkah masuk.
Bercucuran peluh, para pengunjung terlihat asyik menyantap soto tanpa mengeluh. Tanpa ragu, beberapa orang yang baru saja memasuki ruangan gelap dan berasap itu langsung bergabung di meja panjang sederhana dengan kursi plastik.
Saat soto tersaji di atas meja, mungkin hanya kuah cokelat yang akan terlihat, tanpa hiasan apapun. Namun, aroma yang menyeruak mendorong tangan untuk mulai menyendok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aroma memang tidak menipu. Daging sapi yang sangat lembut berpadu sempurna dengan kuah kaldu gurih. Tak seperti kaldu pada umumnya, kuah Soto Ahri menyatu sempurna sehingga tak meninggalkan efek menempel di lidah setelahnya.
Untuk mendapatkan kaldu yang begitu menyatu tentu membutuhkan proses tak biasa. Pengelola restoran Soto Ahri di Bandung, Deden Agustian, lantas mengungkap bahwa resep rahasia tersebut sudah diwariskan turun-temurun dari kakeknya, Haji Ahri, sejak sebelum Indonesia merdeka.
Memulai usaha berjualan soto di Garut pada 1943, racikan rahasia Ahri memang sudah menjadi buah bibir di kalangan warga sekitar. Melihat potensi pasar yang begitu besar, Deden memberanikan diri membuka cabang di Bandung.
"Awalnya cuma di pinggir jalan situ sama istri. Dia yang masak, saya cuci piring. Susah lah pokoknya. Sempat pindah ke gedung, tapi enggak laku karena tempatnya terlalu ke dalam. Akhirnya bisa di sini, ini sebenarnya garasi rumah orang," ucap Deden sambil kembali tergelak.
Deden pun menguak sedikit resep rahasia dari sang leluhur. "Daging sapinya harus yang muda dan direbus selama tiga jam. Untuk membuat kaldu seperti itu, ya harus diendapkan satu malam penuh. Untuk kuah sih seperti biasa, kunyit dan santan. Yang lainnya ada rahasia," tutur Deden seraya tertawa.
Demi menjaga kepuasan pelanggan, Deden pun memerhatikan rinci setiap elemen yang disajikan. Kecap dan kerupuk pun tak luput dari perhatiannya.
 Pengelola Soto Ahri cabang Bandung, Deden Agustian, saat ditemui di restorannya di Bandung, Kamis (6/8). (CNN Indonesia/Hanna Azarya Samosir) |
"Ini kecap dan kerupuknya produksi rumahan di Garut. Kalau nanti perusahaannya tutup, bingung juga saya," kata Deden, lagi-lagi diikuti gelak tawa.
Deden pun tetap mempertahankan cara penyajian yang begitu sederhana. Meskipun banyak orang memberi komentar, Deden tak gentar.
"Banyak orang minta tambahan perkedel, atau apa yang lain, saya tidak mau. Saya mau tetap mempertahankan Soto Ahri menjadi Soto Ahri," kata Deden.
(mer)