Jakarta, CNN Indonesia -- Tekanan lingkungan, misalnya kebisingan atau meningkatnya cahaya, dapat memberikan dampak psikologis yang lebih besar pada kelompok tertentu. Namun, tak banyak yang diketahui tentang dampak bau yang dapat membangkitkan respons emosional. Benarkah bau bisa memengaruhi orang tertentu lebih dari yang lain?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi di Universitas Cardiff berusaha mencari jawaban atas hal tersebut.
Studi itu melaporkan, bau tampaknya dapat membangkitkan respons yang sama pada kelompok yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan lain. Penelitian ini memberikan gambaran lebih luas tentang cara manusia bereaksi terhadap rangsangan eksternal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan meneliti 2000 laki-laki perempuan di Inggris untuk menentukan reaksi dan persepsi mereka terhadap bau, baik yang menyenangkan maupun yang tak menyenangkan.
Hasilnya menunjukkan bahwa perempuan, orang-orang muda, dan orang-orang yang mengalami stres, kecemasan, atau depresi adalah orang-orang yang paling terkena dampak negatif bau tidak menyenangkan.
Profesor Andrew Smith dari Fakultas Psikologi, Universitas Cardiff, mengatakan, temuan ini mendukung temuan sebelumnya bahwa orang yang paling sensitif terhadap stres akut adalah orang-orang yang sering mengalami tingkat stres lebih tinggi.
Pada kelompok orang-orang dengan psikologis negatif, sebanyak 41 persen peserta melaporkan berkurangnya kesejahteraan bila terpapar bau yang tidak menyenangkan, dibandingkan 31 persen dari kelompok dengan psikologis positif.
Sementara, hampir setengah peserta mengatakan, mereka menganggap orang lain menarik jika orang tersebut memiliki bau yang menyenangkan.
Lebih dari dua perlima kelompok perempuan mengatakan bahwa kepercayaan diri mereka terhantam saat memiliki bau badan tak menyenangkan, dibandingkan laki-laki yang hanya sepertiga.
Lalu, hampir sebanyak dua pertiga perempuan mengaku bahwa mereka akan berhenti berinteraksi dengan orang yang baunya menganggu, dibandingkan dengan setengah dari laki-laki.
Menariknya, kendati adanya peningkatan sensitivitas yang jelas tersebut, perempuan cenderung tidak mengeluh tentang bau tidak menyenangkan orang lain, dibandingkan laki-laki. Mayoritas perempuan, yaitu 73 persen, menolak untuk mengeluh tentang bau badan orang lain, dibandingkan 63 persen laki-laki.
“Ada alasan evolusi menarik mengapa kita menghindari bau tak menyenangkan. Alasannya adalah untuk menghindari kita dari sumber penyakit atau infeksi,” kata Smith.
Dia mengatakan, perilaku mengeluh mencerminkan sejauh mana orang menginternalisasi masalah atau mengungkapkannya kepada orang lain. Sementara, bau tak menyenangkan jarang sekali dibahas. Stigma ini mungkin penting untuk penelitian tentang sensitivitas dan internalisasi seseorang.
“Penelitian ini dianggap penting karena membantu para psikolog mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana dan mengapa manusia dipengaruhi oleh dunia di sekitar mereka.”
(win/win)