Jakarta, CNN Indonesia -- Rumput laut menutup pantai Karibia, meninggalkan bau seperti telur busuk. Karena kondisi tersebut para turis membatalkan liburan mereka di pantai Karibia, dan menyebut keadaan di sana sebagai 'bencana alam'.
Gambaran pantai yang sempurna dengan perairan bernuansa pirus adalah harapan orang-orang ketika mereka berkunjung ke Karibia. Namun, pesona indah tersebut dikotori oleh hamparan rumput laut yang mengundang gerombolan kutu pasir yang gemar menggigit.
Gumpalan rumput laut kecokelatan, dikenal sebagai Sargassum, sudah lama terdampar di garis pantai Karibia. Namun, menurut peneliti, beberapa tahun terakhir merupakan musim mekarnya ganggang yang jumlahnya semakin meledak dan frekuensinya meluas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Invasi rumput laut 2015 sekarang ini seperti panen raya di sejumlah garis pantai yang sangat mengecewakan wisatawan. Mereka membatalkan perjalanan musim panas, dan para anggota parlemen di Tobago menyebut hal ini sebagai bencana alam.
Dari Republik Dominika di utara, ke Barbados di timur, dan resor Karibia, Meksiko ke barat, pejabat yang berwenang telah menyediakan dana darurat untuk membersihkan gundukan rumput laut berbau amis. Ada di antaranya bahkan yang menumpuk hampir mencapai ketinggian sepuluh kaki di pantai.
Dengan mulainya musim pariwisata beberapa bulan lalu, para pejabat mengadakan pertemuan darurat dengan 15 negara Komunitas Karibia. Mereka khawatir, merajalelanya rumput laut dapat melahirkan dilema kronis bagi sebagian daerah yang amat bergantung pada pariwisata dunia itu.
Ada berbagai pendapat tentang ledakan rumput laut yang menurut para ilmuwan dimulai pada 2011. Termasuk di antaranya, memanasnya suhu laut dan perubahan arus laut akibat perubahan iklim.
Beberapa peneliti percaya, ledakan rumput laut disebabkan oleh peningkatan lahan yang mengandung unsur hara, dan polutan yang masuk ke dalam air, seperti pupuk nitrogen berat dan limbah kotoran yang menjadi memicu alga untuk mekar.
(win/mer)