Jakarta, CNN Indonesia -- Masalah kesehatan mental, contohnya kecemasan dan depresi, dapat menyebabkan orang-orang dengan penyakit rheumatoid arthritis mengalami peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, menurut sebuah studi terbaru di Rumah Sakit San Francisco, Amerika Serikat.
Dikutip dari Reuters, para peneliti mengaitkan kemarahan, kecemasan, gejala depresi, stres kerja, dan rendahnya dukungan sosial terhadap risiko pengerasan arteri (aterosklerosis) pada orang-orang dengan rheumatoid arthritis (RA).
Dalam jurnal Arthritis Care dan Research, para peneliti menyimpulkan, mengobati masalah psikososial membantu meringankan gejala arthritis dan mengurangi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak seperti osteoarthritis, yang kebanyakan berhubungan dengan keausan sendi karena usia, rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang bisa menyerang di setiap kesempatan dalam hidup seseorang.
Sistem kekebalan tubuh terlebih dahulu menyerang sendi yang menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit. Orang-orang dengan RA juga cenderung mengalami peningkatan peradangan.
Ganz mengatakan, peradangan paling jelas terjadi di sendi, tetapi tetapi juga hadir secara sistemik di banyak bagian tubuh lain, kata Peter Ganz. Peradangan juga komponen kunci dari aterosklerosis, mulai dari yang teringan sampai konsekuensi tertinggi, misalnya serangan jantung dan stroke.
Kepala kardiologi di Rumah Sakit San Francisco tersebut mengatakan, ketika seseorang memiliki kedua kondisi tersebut, menurut Ganz, RA mengintensifkan proses peradangan di arteri. Akibatnya, plak (timbunan lemak) memburuk lebih cepat dan meningkatkan risiko serangan jantung, stoke, dan komplikasi lain.
Selain itu, tekanan psikososial juga meningkatkan peradangan. “Jadi, sekarang mungkin Anda memiliki tiga efek kuat tak menyenangkan, peradangan dari aterosklerosis, RA, dan tekanan psikososial, semua berkumpul pada pasien yang sama,” ujar Ganz.
Untuk studi baru ini, Jon T. Giles dari Universitas Columbia, New York, membandingkan 195 pasien dengan RA dan tidak memiliki riwayat masalah jantung dengan 1000 orang dewasa tanpa arthritis.
Dibandingkan kelompok non-arthritis, orang-orang dengan RA memiliki gejala depresi lebih tinggi, stres kesehatan pribadi lebih tinggi, stres kerja lebih tinggi, dan stres hubungan lebih rendah.
Dibandingkan kelompok pembanding, pasien RA juga cenderung memiliki kemarahan yang kurang. Pada kelompok RA, skor kecemasan dan kemarahan lebih tinggi, gejala depresi lebih banyak, dan juga tekanan karena merawat orang yang dicintai dapat menyebabkan peningkatan kalsium arteri koroner.
Tidak ada hubungan antara faktor-faktor psikososial dan kalsium arteri pada kelompok pembanding. Bagi orang-orang yang mengidap RA, stres kerja juga meningkatkan risiko plak di arteri karotis di leher yang berfungsi mengalirkan pasokan darah ke otak.
Depresi empat kali lebih umum terjadi pada orang-orang dengan RA dibandingkan populasi umum, kata Ivana Hollan dari Rumah Sakit untuk Rumah Penyakit Rematik di Lillehammer, Norwegia.
(win/utw)