Leonie Muller, Mahasiswi Jerman yang Tinggal di Dalam Kereta

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 25 Agu 2015 13:47 WIB
Muller lantas membeli kartu langganan sehingga ia dapat mengikuti perjalanan kereta manapun di dalam negeri tersebut secara cuma-cuma.
Muller lantas membeli kartu langganan sehingga ia dapat mengikuti perjalanan kereta manapun di dalam negeri tersebut secara cuma-cuma.(Getty images/ Yu Ka Wing)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika orang lain turun dari kereta untuk kembali ke rumahnya, seorang gadis Jerman, Leonie Muller, tetap berdiam. Menurut Muller, ia sudah berada di rumah. Kereta adalah apartemennya.

Seperti dilansir The Independent, Muller meninggalkan apartemennya terdahulu pada musim semi lalu.

"Semua bermula ketika saya bertengkar dengan pemiliknya. Saya langsung memutuskan, saya tidak mau tinggal di sana lagi. Kemudian, saya menyadari, sebenarnya saya tidak mau tinggal di mana-mana lagi," ujar Muller kepada The Washington Post melalui surat elektronik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muller lantas membeli kartu langganan sehingga ia dapat mengikuti perjalanan kereta manapun di dalam negeri tersebut secara cuma-cuma.

Kini, Muller keramas di kamar mandi kereta kemudian menulis tugas kuliahnya sambil menikmati perjalanan di atas kereta berkecepatan 305 kilometer per jam.

"Saya benar-benar merasa di rumah dalam kereta dan saya juga dapat menemui banyak teman dan kota. Ini seperti sedang berlibur sepanjang waktu," katanya.

Pilihan hidup gadis berusia 23 tahun ini tak ayal menarik perhatian banyak media Jerman. Wajah Muller mulai sering dilihat dalam layar kaca.

"Saya membaca, menulis, saya melihat ke luar jendela, dan saya bertemu dengan orang-orang baik setiap waktu. Selalu ada yang dapat dilakukan di dalam kereta," tutur Muller kepada stasiun televisi Jerman, SWR, dalam sebuah wawancara.

Dalam beberapa wawancara lainnya, Muller mengaku memang mengambil risiko besar bagi hidupnya. Kini, semua hidupnya ada dalam sebuah tas ransel kecil berisi baju, komputer tablet, dokumen kuliah, dan kantong pakaian kotor.

Kendati demikian, pengalamannya selama ini seakan mematahkan argumen beberapa penelitian yang mengatakan bahwa hidup nomaden akan berdampak buruk.

Secara finansial, Muller justru mendapatkan keuntungan besar. Tiket kereta api terusan bisa didapatkan dengan harga US$380 atau sekitar  Rp5,3 juta, sementara biaya sewa apartemennya terdahulu sekitar US$450 aau sekitar Rp6,3 juta.

Namun, biaya hidup murah bukanlah tujuan utama Muller.

"Saya ingin menginspirasi orang untuk mempertanyakan kebiasaan mereka dan hal-hal yang mereka anggap biasa. Selalu ada kesempatan di luar kebiasaan. Petualangan berikutnya menanti dan tersedia jika Anda mau menemuinya," kata Muller.

Muller memang selalu mencari petualangan baru. Kini, ia sering berjalan-jalan tengah malam dan terkadang menginap di apartemen kerabat dan temannya di berbagai penjuru Jerman, seperti nenek dan kekasihnya.

"Biasanya, kami harus menjalani hubungan jarak jauh, tapi hidup di dalam kereta memungkinkan saya menemuinya kapanpun. Kebanyakan teman saya menyukai hal ini, meskipun ada beberapa yang berpikir ini terlalu berisiko," kata Muller kepada SWR.

Namun, ada pula yang memberi tanggapan negatif atas cara hidup Muller ini.

"Mereka merasa tersinggung dengan fakta bahwa saya mempertanyakan cara hidup yang biasa," ucap Muller.

Lebih jauh, pola hidup Muller juga ternyata berguna bagi kehidupan akademisnya. Muller mendokumentasikan berbagai pengalaman tak biasa di kereta dalam blog pribadinya yang kemudian dijadikan tugas akhir kuliahnya.

Hampir tak pernah ada masalah selama Muller hidup di dalam kereta, kecuali satu hal. "Memiliki headset yang dapat meredam kegaduhan di sekitar adalah hal krusial," katanya.

(utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER