Jakarta, CNN Indonesia -- Jika Anda mengira pelaku penculikan anak lebih banyak dilakukan orang tidak dikenal, Anda salah besar. Psikolog anak dan keluarga Anna Surti justru mengungkapkan pelaku penculikan anak lebih banyak adalah keluarga atau orang terdekat.
"Sebagian besar penculik adalah orang yang tidak dikenal, itu adalah mitos. Ternyata yang lebih banyak penculik itu dari keluarga. Salah satunya karena perebutan hak asuh," kata Anna Surti dalam sebuah kelas parenting yang diadakan di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (3/9).
Latar belakang penculik yang berasal dari keluarga biasanya sering dilakukan karena mereka tidak mendapatkan hak asuh. Apalagi jika perpisahan tidak dilakukan secara baik-baik dan tetap menjaga silaturahmi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam beberapa kasus penculikan keluarga dan orang dekat dinilai lebih mudah melakukan penculikan karena tidak dicurigai. Anak pun tidak rewel ketika diculik karena memang sudah kenal dekat.
Kadang orang tua tidak menyadari bahwa pelaku penculikan justru keluarganya sendiri atau orang terdekatnya.
Selain keluarga dan orang dekat, Anna juga mengatakan ada pelaku penculikan lainnya yang merupakan orang tidak dikenal. Tujuan mereka melakukan penculikan pun berbeda-beda.
Kata Anna, ada kasus penculikan yang dilakukan untuk adopsi ilegal, perdagangan anak, masalah ekonomi, mengancam orang tua, sampai dengan memenuhi nafsu pelaku penculikan yang melakukan kejahatan seksual pada anak.
"Tidak selalu motifnya uang. Ada juga yang karena gangguan jiwa, seperti paedofil. Tapi tidak itu saja, masih banyak lagi," ujarnya.
Untuk mencegah penculikan terhadap anak tentunya orang tua harus ekstra waspada. Tidak ada ciri-ciri pasti seseorang yang akan melakukan penculikan.
Tidak hanya itu, anak pun juga harus diajarkan untuk belajar waspada. Komunikasi yang dibangun antar orang tua dan anak juga harus terjaga agar orang tua bisa mengetahui apa yang terjadi terhadap anaknya.
(mer)