Alasan Jumlah Pria Orgasme Lebih Banyak Dibandingkan Wanita
Fadli Adzani | CNN Indonesia
Minggu, 20 Sep 2015 22:07 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Ilustrasi pasangan. (Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Orgasme adalah suatu hal yang menjadi puncak kepuasan antara lelaki dan perempuan ketika sedang berhubungan seks. Akan tetapi, orgasme tidak selalu dapat diraih oleh kedua pihak, mungkin saja si lelaki yang mendapatkanya, bisa saja sebaliknya.
Akan tetapi, seorang aktivis gender Indonesia, Firliana, yang juga penulis buku The 'O' Project, mengatakan bahwa perempuan kerap tidak dapat meraih orgasme karena 'hal tabu' yang menghalangi mereka.
"Wanita kalau mau meraih orgasme sangat sulit, jalannya berliku-liku," ujar Firliana kepada wartawan, Jakarta, pada Jumat (18/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, selain sulit bagi wanita untuk meraih orgasme, terdapat hal-hal tabu yang juga menghalangi mereka dalam mencapai titik kenikmatan itu.
"Di Indonesia, dari kecil wanita sudah diajarkan untuk melayani suami, namun mereka kerap tidak memikirkan diri sendiri," paparnya.
"Jadi kalau sudah di tempat tidur, ya mikirnya memuaskan suami saja, tanpa memikirkan (kepuasan) diri sendiri," tutur Firliana.
Menurutnya, pada saat itu, kemanusiaan seorang perempuan hilang jika ia hanya memikirkan pasangannya, tanpa memikirkan dirinya. Padahal, perempuan sendiri adalah makhluk seksual.
Ia juga menyarankan, perempuan tidak seharusnya seperti itu, pasalnya, ketika berhubungan intim, sebuah pasangan harus bertanggung jawab atas kepuasan satu sama lain.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa orgasme bagi seorang perempuan itu penting, karena hal tersebut akan menjadi indikator sejauh mana perempuan menilai diri mereka sebagai individu.
Setelah itu, mengutip sebuah data stastik di Amerika Serikat, Firliana menjelaskan, bahwa hanya sekitar 30 persen perempuan yang mengalami orgasme, sedangkan lelaki jumlahnya bisa mencapai 70 persen.
Menurutnya, stastik itu bisa juga berlaku secara global, yang berarti wanita di Indonesia juga dapat merasakan hal serupa.
"Kalau sudah seperti itu, saya bisa bilang itu adalah domestic violence, yakni kekerasan seksual." (win/win)