Melarang Anak Lelaki Menangis Bisa Picu Masalah Mental

Utami Widowati | CNN Indonesia
Senin, 05 Okt 2015 09:34 WIB
Anak lelaki yang sering dilarang menangis bisa tumbuh jadi pria dengan masalah mental seperti kecemasan, depresi bahkan kecanduan alkohol.
Jangan sembarang melarang anak lelaki menangis. (Pixabay/blueMix)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada sebagian besar masyarakat kita sering kali anak lelaki dididik terlalu keras sehingga menangispun dianggap tidak pantas.

Tak jarang ada orang tua yang mengatakan pada anak lelakinya untuk, “Jangan menangis, itu seperti anak perempuan. “

Mengutip Independent, pernyataan semacam ini ternyata lebih banyak bahayanya dibandingkan manfaatnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang terapis kejiwaan  menyebut pernyataan seperti ini bisa membahayakan kesehatan mental si anak di masa depan.

Terutama karena bisa membuat anak kehilangan perasaannya, demikian pernyataan seorang psikoterapis ternama.

Lena Aburdene Derhally, terapis yang mengkhususkan diri di bidang kecemasan dan masalah antar pasangan, menulis di Washington Post, “Saya melihat ada seorang  ayah melarang anak lelakinya menangis dan menyebut tindakan itu sebagai perilaku anak perempuan. Seolah hanya perempuan yang boleh menunjukkan emosi mereka.”

Menurut Derhally anggapan seperti ini ada konsekuensi negatif yang serius. Selain membuat anak merasa malu menunjukan emosinya di muka umum — ucapan  itu sering kali terekam dalam ingatan si anak dan berdampak pada kehidupannya kemudian.

Seperti banyak kasus yang ditangani Derhally, pria yang tak bisa mengungkapkan emosinya dan memproses perasaan mereka sering berujung pada masalah kecemasan, depresi, sampai masalah dengan pasangannya.

Berbagai isu yang menimpa pria dewasa seperti kemarahan, kecemasan, depresi dan mekanisme tak sehat dalam menangani masalah seperti kecanduan alkohol seringkali muncul ketika pria tak mengerti  bagaimana perasaan mereka,

“Para pria dewasa dengan masalah ini seperti tidak  memberi izin pada diri mereka sendiri untuk memiliki emosi itu,”kata Derhally.

Tak hanya menganjurkan orang tua untuk tidak membuat anak lelaki merasa tertekan dengan tak mengeluarkan emosinya, Derhally menganjurkan pula untuk, “menciptakan lingkungan di mana emosi anak akan didengarkan dan dipahami di rumah.”  

Caranya di antaranya dengan berhati-hati dengan pesan yang disampaikan kepada anak lelaki. Misalnya tidak melarang anak lelaki  untuk menangis.

Orang tua juga diminta untuk bisa mengajak anak mengkomunikasikan perasaan anak-anak, apakah itu perasaan bahagia, sedih, marah, takut dengan menciptakan lingkungan di mana ekspresi emosi dianggap wajar. Misalnya lewat kegiatan membaca buku bersama atau menonton film. (utw/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER