Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika dokter mendiskusikan prognosis (ramalan kesehatan) dengan pasien kanker stadium lanjut, maka pasien tersebut dapat memiliki pandangan yang lebih realistis terhadap harapan hidup mereka, berdasarkan sebuah penelitian baru.
Selain itu, berdasarkan laporan yang dipublikasikan dalam
Journal of Clinical Oncolgy itu, pasien juga tampak tidak mengalami penuruan kesejahteraan emosional.
“Sebagian besar pasien kanker kronis, yang mengatakan bahwa mereka ingin tahu tentang prognosis mereka, secara mengejutkan tampak tabah menerimanya,” kata penulis senior Holly G. Prigerso dari Weill Cornel Medical College di New York City.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap pasien perlu mengetahui ramalan kesehatan atau prognosis mereka, termasuk harapan hidup, dan hasil pengobatan yang diharapkan. Misalnya, pasien harus tahu bahwa kemoterapi tidak dapat menyembuhkan kanker yang tidak dapat disembuhkan, kata Prigerson.
“Penyedia layanan kesehatan sering enggan untuk mengomunikasikan berita suram,” katanya seperti dilaporkan
Reuters. Dalam melakukan penelitian ini, para ilmuwan melibatkan sekitar 590 pasien yang mengidap kanker metastasis tingkat lanjut. Para pasien ini telah diobati dengan setidaknya satu putaran kemoterapi paliatif. Perawatan tersebut lebih dimaksudkan untuk meningkatkan kenyamanan, daripada mengobati.
Para peneliti lalu bertanya kepada pasien, apakah ahli onkologi mereka pernah memberikan prognosis perkiraan harapan hidup. Pasien juga kemudian diminta memperkirakan harapan hidup mereka sendiri, menyelesaikan penilaian tentang tekanan emosional, apakah mendapat arahan kemajuan penyakit, dan apakah memiliki pilihan perawatan untuk akhir hidup mereka.
Para pasien juga menggambarkan hubungan dengan dokter mereka. Setengah dari pasien bertahan hidup selama kurang dari enam bulan setelah dimulainya penelitian. Sekitar 70 persen dari pasien ingin untuk diberitahu tentang harapan hidup mereka. Namun, hanya 18 persen dari pasien yang ingat pernah mendiskusikan hal ini dengan ahli onkologi mereka.
Setengah dari pasien bersedia memperkirakan harapan hidup mereka. Dan, orang-orang yang ingat pernah memiliki percakapan prognosis dengan dokter mereka memperkirakan harapan hidup yang dekat dengan kelangsungan hidup mereka yang sebenarnya, dibandingkan mereka yang tidak.
Lebih lanjut studi tersebut menemukan bahwa berbicara dengan dokter tentang harapan hidup tidak menyebabkan buruknya hubungan antara dokter dan pasien, atau menambah kesedihan yang lebih tinggi.
Prigerson mengatakan, hal ini mendorong pasien lebih realistis dalam memperkirakan harapan hidup mereka, lebih mungkin untuk menyelesaikan pengobatan, dan keinginan untuk mendapatkan perawatan yang nyaman.
“Tidak ada dampak emosional yang merusak hubungan mereka dengan onkologi mereka,” kata Prigerson.
(win/utw)