Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Kota Paris berkumpul untuk merayakan gaya hidup mereka yang terkenal, makan dan minum di restoran dan kafe, pada Selasa kemarin. Aksi ini mereka lakukan untuk menentang serangan ISIS di Paris yang menewaskan 129 orang dan melukai 300 lainnya.
Sosial media ramai menggaungkan slogan '
Je suis en terrase' yang artinya 'Saya di teras kafe', ini adalah lanjutan dari gerakan '
Je suis Charlie' pada Januari lalu. Slogan ini juga merupakan refleksi betapa pembantaian pada Jumat pekan lalu di kafe-kafe, tempat perhelatan musik, dan stadion sepak bola sangat memukul anak-anak muda dan warga Paris lainnya.
Lebih dari 129 korban serangan sedang menikmati makanan dan minuman di restoran-restoran dan teras kafe ketika sejumlah militan melepaskan tembakan ke arah mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Restoran Monsieur Bleu dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Yang mereka targetkan adalah cara hidup kami, identitas dan budaya kota kami, kebahagiaan hidup bersama.” Restoran itu menyerukan agar warga Paris keluar untuk makan dan mengheningkan cipta pada pukul 09.00 malam.
Panduan restoran
Guide du Fooding juga menyerukan kepada warga Perancis untuk pergi ke restoran, bar, kafe,
brasserie (restoran kecil), tidak hanya untuk memberikan penghormatan pada para korban, tetapi juga membantu pemilik kafe yang khawatir jatuhnya bisnis mereka setelah serangan.
“Kami mengatakan kepada satu sama lain, jika kami tidak duduk di teras hari ini, mungkin kami tak akan melakukannya lagi,” kata Marie-Therese Vasseur (65) yang di Cafe Zephyr di distrik teater Grand Boulevard, seperti dilaporkan oleh Reuters.
“Kami tidak bisa berhenti untuk hidup.”
Manajer kafe Fabien Mazars menyambut inisiatif tersebut, dan dia sudah siap untuk pekan ke depan yang tidak ramai seperti biasanya. Institusi-institusi kebudayaan terkenal, salah satunya Paris Opera, tutup setelah serangan, dan dibuka kembali pada Selasa kemarin.
Beberapa orang melihat slogan
Je suis en terrasse merupakan cara terbaik untuk menentang ISIS, kelompok militan yang mengklaim serangan di Paris pada Jumat pekan lalu, dan melihat cara hidup orang-orang barat sebagai kemorosotan.
(win/utw)