Ketika Komodo Berkumpul di Kolong Dapur

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Selasa, 01 Des 2015 10:08 WIB
Melihat komodo di habitat aslinya adalah tujuan utama wisatawan datang ke Taman Nasional (TN) Komodo, Nusa Tenggara Timur
Sudah dibuat jalur-jalur untuk wisatawan menjelajah Pulau Komodo. (CNN Indonesia/Silvia Galikano)
Jakarta, CNN Indonesia -- Melihat komodo di habitat aslinya adalah tujuan utama wisatawan datang ke Taman Nasional (TN) Komodo, Nusa Tenggara Timur. Bonusnya cerita seru tentang hewan purba ini.

Loh Liang adalah pintu masuk Pulau Komodo. “Loh” dalam bahasa setempat berarti teluk, dan “liang” adalah gua atau sarang komodo. Lewat dermaga Long Liang inilah wisatawan memulai titik berangkat menjelajahi Pulau Komodo.

Petugas Taman Nasional Komodo, yang disebut ranger, terlebih dahulu akan memberi penjelasan singkat tentang perilaku komodo dan membagi wisatawan dalam kelompok-kelompok. Satu kelompok, terdiri dari 10-15 orang, didampingi tiga ranger.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pulau Komodo bersama Pulau Rinca, Pulau Padar, Gili Motang, Nusa Kode, dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional (TN) Komodo pada 6 Maret 1980. Luas keseluruhan, daratan dan lautan taman nasional, 173.300 hektare. Pada tahun 1991, UNESCO menyatakan TN Komodo sebagai Situs Warisan Dunia.

Di TN Komodo hidup 2919 ekor komodo, hewan berdarah dingin yang bisa berenang sejauh 500 meter padahal tidak senang dengan air. Kecepatan larinya 18-20 kilometer per jam dengan penciuman mencapai 500 meter.

Sekali makan, komodo melahap 40 kilogram daging, dan baru akan makan lagi sebulan berikutnya. Selain karnivora, hewan yang usianya bisa mencapai 50 tahun itu adalah kanibal yang akan memangsa komodo lain yang tak berdaya, bayi komodo atau komodo tua.

Telur komodo pun dimakan induknya sendiri. Hewan ini bertelur bisa sampai 35 butir, tapi tak semua menetas karena keburu dimakan induknya.

Itu sebabnya komodo yang baru lahir, begitu bisa berjalan, langsung memanjat pohon dan hidup di atas pohon selama 2-3 tahun untuk menghindari dimangsa induknya. Selama itu dia memakan tikus, tokek, dan burung yang singgah ke pohon.

“Walau bersama kita sudah bertahun-tahun, dia tidak kenal kita, dia bisa makan kita. Anaknya sendiri saja dimakan,” ujar ranger bernama Tasrif.

Baca juga Komodo dan Legenda Si Gerong

Untuk meminimalkan risiko itulah wisatawan menjelajah Pulau Komodo harus dalam kelompok-kelompok. Perempuan yang sedang haid, walau tidak dilarang datang, harus berada paling dekat dengan ranger.

Sudah disiapkan empat jalur yang dapat ditempuh, disesuaikan dengan kemampuan fisik wisatawan, dari jalur adventure sejauh 9 kilometer hingga jalur pendek sepanjang 1 kilometer. Semuanya naik-turun bukit.

Sepanjang perjalanan, kita dapat melihat tempat-tempat yang biasa digunakan komodo berteduh saat panas, lubang tempat induk komodo menyembunyikan telur, rusa dan babi hutan berkeliaran bebas, serta kubangan yang sengaja dibuat untuk menarik babi hutan minum agar komodo mendapat mangsa.

Jika beruntung, terjumpai rupa komodo sedang “kamuflase”, yakni seperti sedang bermalas-malasan menunjukkan perutnya yang gemuk kekenyangan seperti baru saja makan kambing, padahal itu caranya mengecoh mangsa agar lengah.

Komodo yang sedang berjalan tak perlu ditakuti. Kita hanya perlu menyingkir agar tak menghalangi jalannya.

Perhatikan juga jarak aman. Jangan berada terlalu dekat, karena ekor adalah juga senjata komodo. Monyet yang suka mengganggu komodo bisa pingsan seketika sekali kena kibasan ekor komodo.

Jika menempuh jalur adventure, wisatawan akan melewati Bukit Rudolph yang ceritanya lumayan bikin bergidik. Tersebutlah Baron Rudolph von Redding, wisatawan Jerman yang pada tahun 1974 terpisah dari kelompok tanpa disadari ranger. Sesampai di pos akhir dan jumlah peserta dihitung ulang, barulah diketahui satu peserta hilang.

Dari pencarian selama sepekan, hanya kacamata dan kamera yang ditemukan di sebuah bukit, dan di dekatnya terdapat bekas genangan darah yang sudah kering. Bukit tersebut akhirnya diberi nama Bukit Rudolph.

Kejadian terbaru adalah tiga tahun lalu, seperti diceritakan Tasrif. Seorang penduduk Kampung Komodo memanjat pohon srikaya dan menggoyang-goyangkan dahan untuk merontokkan buahnya. Apa yang terjadi?

Ternyata aktivitas itu menarik perhatian komodo. Ketika dia turun dari pohon, komodo sudah menunggu di bawah dan seketika mengoyak-ngoyak tubuhnya hingga kaki putus, isi perut terburai, nyawa pun tak terselamatkan.

Di Pulau Rinca yang juga masuk dalam TN Komodo, komodo punya tempat favorit kolong dapur ranger yang berbentuk rumah panggung. Petang itu tercium wangi ikan asin yang sedang digoreng dari dapur. Delapan ekor komodo jantan berkumpul di kolong dapur berukuran 5x3 meter, bisa jadi tertarik aroma ikan asin, bisa juga menunggu lemparan daging.

Kata Safe, ranger di Pulau Rinca, seringkali komodo tak puas hanya menunggu di kolong. Ada saja salah satu dari mereka berjalan mendekati tangga, mengangkat tubuhnya dengan gerakan malas, menaiki satu demi satu anak tangga, dan tahu-tahu sudah berada di dalam dapur.

Jika di dapur sedang tak ada ranger, terpaksa ranger lain masuk lewat jendela untuk mengusir komodo menggunakan tongkat kayu dan tak lupa memastikan persediaan makanan para ranger aman. Wah ternyata, jika berurusan dengan ikan asin, perilaku komodo tak beda dengan kucing peliharaan di rumah ya.

(sil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER