Jakarta, CNN Indonesia -- Anggapan bahwa mengonsumsi daging bakar, terutama bagian gosongnya, bisa menyebabkan kanker ternyata belum bisa dibuktikan secara ilmiah pada manusia. Penelitian itu baru bisa dibuktikan pada hewan.
Melansir laman
cancer.gov, National Cancer Institut (NCI) Amerika Serikat menyatakan fenomena tersebut baru terbukti pada tikus. Pada beberapa percobaan, mereka memberikan makanan kepada tikus yang mengandung zat-zat yang bisa memicu kanker, seperti
heterocyclic amines (HCA) dan
polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH). Kedua zat ini ternyata juga terdapat pada daging yang dibakar.
Hasilnya, dalam tubuh tikus yang mengonsumsi makanan yang mengandung HCA ditemukan adanya pertumbuhan tumor pada dada, usus besar, hati, kulit, paru-paru, prostat dan organ lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara tikus yang mengonsumsi makanan yang mengandung PAH, juga terbukti mengalami pertumbuhan kanker, termasuk leukimia, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Dosis yang digunakan dalam penelitian ini sangat tinggi. Dibandingkan konsumsi normal, porsi yang diberikan pada penelitian ini sebanyak seribu kali lebih banyak.
Sayangnya, hingga saat ini para peneliti belum bisa menemukan hubungan antara HCA dan PAH ketika mengonsumsi daging bakar dengan munculnya kanker.
Meskipun demikian, beberapa studi epidemologis telah menggunakan kuesioner yang sangat mendetail untuk mengecek pola konsumsi daging dan cara memasaknya untuk mengestimasi munculnya HCA dan PHA.
Hingga saat ini, belum ada regulasi yang mengatur kadar konsumsi makanan dengan kandungan HCA dan PAH. World Cancer Research Fund/American Institute for Cancer Research merilis laporan pada 2007 yang menyebutkan pembatasan konsumsi daging merah dan produk olahan daging merah, bagaimanapun, tidak terdapat rekomendasi mengenai kadar HCA dan PAH dalam daging.
Para peneliti menemukan, konsumsi daging dengan tingkat kematangan well-done, dengan cara digoreng, atau daging barbeque mempunyai hubungan dengan meningkatnya risiko kanker usus besar, pankreas, dan kanker prostat.
Dari hasil tes di laboratorium menunjukkan, HCA dan PAH telah mengalami mutasi gen sehingga menyebabkan perubahan pada DNA dan meningkatkan risiko kanker.
HCA dan PHA merupakan senyawa kimia yang terbentuk ketika otot pada daging, termasuk daging sapi, babi, ikan, maupun daging unggas, dimasak dengan temperatur yang tinggi. Biasanya dilakukan dengan teknik memasak digoreng atau dibakar langsung di atas bara api.
HCA terbentuk ketika asam amino, gula, dan permukaan otot (kreatinin) bereaksi terhadap temperatur yang tinggi. Sementara PAH terbentuk saat lemak dan cairan dari daging yang dipanggang langsung dibatas bara api, menetes dan menimbulkan percikan-percikan api yang mengandung PAH dan akhirnya melekat pada permukaan daging. PAH juga bisa dihasilkan dari proses memasak lainnya seperti saat membuat daging asap.
Sejauh ini, HCA hanya ditemukan pada daging yang dimasak dengan temperatur tinggi (sekitar 150 derajat celcius). Sedangkan PAH dapat juga ditemukan pada asap rokok dan asap kendaraan.
(les/les)