Jakarta, CNN Indonesia -- Dari mata turun ke hati. Sepertinya kini, kata-kata itu tidak hanya kalimat gombal semata, pasalnya para peneliti dari National Institute of Physiological Science (NIPS) baru saja melakukan penelitian tentang tatapan.
Mereka ingin melihat lebih jauh tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak seseorang ketika saling berpandangan dengan orang lain. Para peneliti melibatkan 96 peserta yang tidak pernah bertemu sama sekali untuk penelitian tersebut.
Selama dua hari, peserta diminta untuk melakukan kontak mata satu sama lain dalam tiga percobaan yang berbeda. Ketika mereka saling melempar pandang, peneliti menggunakan
Magnetic Resonance Imaging (MRI), sebuah mesin untuk memantau aktivitas otak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap sinkronisasi kedipan mata bisa menjadi sebuah tanda bahwa mereka memberikan perhatian ketika sedang melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian," kata salah satu peneliti NIPS Takahiko Koike, dikutip dari
Medical Daily.Namun, ternyata sinkronisasi kedipan mata antara satu orang dan orang lainnya ketika saling menatap, bukan karena mereka sedang memerhatikan aktivitas masing-masing.
MRI scan mengungkapkan ketika seseorang mulai berkedip, suatu daerah di otak, yang disebut gyrus frontal kanan (IFG), menyala dan merespons kontak mata tersebut. Ketika mata lain menangkap kedipannya, IFG pada orang tersebut juga menyala pada waktu yang sama dan otaknya disinkronkan. Hal tersebut menunjukkan kontak mata adalah kunci untuk mengembangkan interaksi sosial.
Para peneliti pun menyimpulkan kalau kontak mata sangat penting untuk membangun interaksi sosial. Hasil temuan ini akhirnya dipublikasikan di jurnal
NeuroImage.Studi lain yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Leiden di Belanda juga meneliti hal yang sama. Mereka juga menemukan bahwa mata memiliki kekuatan untuk membangun kepercayaan.
Mereka menemukan jika dua orang yang tidak saling kenal menatap mata masing-masing, mereka akan menginvestasikan tiga kali lipat jumlah uang dibandingkan ketika mereka tidak saling bertatapan. Setelah ukuran pupil disinkronkan, otak mereka secara tidak sadar membangun kepercayaan, mirip dengan memori sosial IFG dibuat dalam studi NIPS.
"Berdasarkan peningkatan sinkronisasi perilaku dan saraf selama saling bertatapan, akhirnya diketahui bahwa perhatian akan sulit dibangun tanpa kontak mata," Norihiro Sadato, penulis senior studi tersebut.
"Penyelidikan lebih lanjut ke dalam kerja kontak mata akan mengungkapkan peran fungsional dari sinkronisasi saraf secara spesifik diantara individu."
(les)