Cerita Toko yang Hanya Jual Satu Buku

Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Selasa, 29 Des 2015 09:33 WIB
Yoshiyuki Morioka, penggagas konsep toko buku unik tersebut menjelaskan, dia ingin memberikan pengalaman berbelanja buku yang berbeda.
Ilustrasi buku (JamesDeMers/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Umumnya, toko buku menjual berbagai macam judul buku dari beragam genre, mulai fiksi, non fiksi, majalah, bahkan komik. Tapi, di Ginza, Tokyo, Jepang, ada sebuah toko buku unik. Di toko kecil tersebut hanya dijual satu buah buku saja.

Yoshiyuki Morioka, penggagas konsep toko buku unik tersebut menjelaskan, dia ingin memberikan pengalaman berbelanja buku yang berbeda.

“Hanya ada satu judul setiap minggunya,” kata Yoshiyuki saat diwawancara Guardian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan dia menggunakan konsep tersebut karena belajar dari pengalamannya mengelola toko buku di masa lalu. “Dulu saya sering melakukan acara peluncuran buku di toko saya dan seringkali, orang datang hanya untuk mencari buku tertentu,” ujar dia.

Sebelumnya, Yoshiyuki mengelola toko buku besar di Kayabacho, selama 10 tahun. Di sana, Yoshiyuki punya lebih dari 200 judul buku, tapi ternyata itu tidaklah efektif dari segi penjualan.

Dengan memfokuskan diri pada satu judul setiap minggunya, Yoshiyuki membebaskan pembeli dari beban untuk memilih. “Ini lebih seperti rekomendasi bacaan setiap minggu,” paparnya.

Dia percaya, satu buku bisa mengubah persepsi masyarakat tentang toko buku yang kini semakin berdebu, karena banyak pembaca beralih ke buku digital.

Adapun, demi membangun toko buku uniknya, Yoshiyuki menjual seluruh koleksi buku dari toko lamanya, termasuk koleksi langka buku-buku tentang propaganda perang Jepang.

Toko buku Yoshiyuki pun tidak biasa. Tempatnya mungil. Terletak di antara butik-butik mewah di Ginza. Dengan empat tembok beton bercat putih, toko Yoshiyuki hanya punya satu meja display dan satu rak yang juga berfungsi sebagai meja konter.

Di meja display itulah, buku ‘rekomendasi’ Yoshiyuki dipamerkan.

Menurut dia, ada keuntungan tersendiri dengan menjual hanya satu buku. Termasuk keuntungan bagi penulis.

“Toko buku saya bisa berfungsi seperti ruang pameran, dimana penulisnya bisa berekspresi dengan isi buku lewat dekorasi toko,” kata Yoshiyuki.

Dia mencontohkan, jika buku tersebut berkisah tentang bunga, maka ruang toko bisa dihiasi bebungaan, yang membuat pembaca seperti masuk ke dalam buku. Selain itu, penulis buku juga bisa menjadikan toko Yoshiyuki sebagai tempat untuk menyapa para pendengar.

“Dengan begitu, penulis bisa lebih intim dengan pembaca,” sebutnya.

Yoshiyuki pun tak main-main dalam mengkurasi toko yang dia kelola sejak Mei 2015 tersebut. Beberapa judul yang sudah menjadi rekomendasi Yoshiyuki adalah ‘The True Deceiver’ dari penulis Finlandia Tove Jansson, ‘Fairy Tales’ karya Hans Christian Andersen, juga beberapa karya penulis Jepang seperti Mimei Ogawa, Akito Akagi dan Maseru Tatsuki.

Konsep unik Yoshiyuki ternyata disukai para penggila buku. Terhitung sejak Mei lalu, Yoshiyuki telah menjual lebih dari 2000 buku.

Dia juga percaya buku tidak akan kehilangan pamor, meskipun buku digital semakin meraja. “Buku adalah objek fisik dengan daya tarik istimewa. Buku akan tetap punya penggemar sampai kapan pun,” ungkapnya. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER