Hidup Bertetangga dengan Mayat di Kairo

Windratie | CNN Indonesia
Minggu, 03 Jan 2016 04:47 WIB
Di tengah populasi Mesir yang meledak, ribuan orang merasa beruntung dapat tinggal di pekuburan kuno di Kairo.
Kota Mesir dilihat dari Sungai Nil. (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di Kairo terdapat wilayah yang dikenal sebagai Kota Kematian. Di kota ini, kehidupan dan kematian seolah berjalan berdampingan.

Di tengah krisis perumahan di Mesir, juga populasi kota yang diperkirakan mencapai 20 juta, ribuan orang menganggap diri mereka beruntung dapat tinggal di Pekuburan Kairo, tempat peristirahatan terakhir ratusan ribu jenazah selama berabad-abad,

Bagi beberapa orang di lingkungan pemakaman, kuburan memberikan nafkah bagi keluarga mereka. Masyarakat merawat makam, menggali kuburan baru, atau menjual bunga kepada para pelayat yang memberikan doa di hari Jumat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat lain, yang hidup di tengah-tengah pemakaman adalah pengrajin tembaga dan pembuat karpet. Hasil kerajinan mereka dijual di Khan al Khalili, pasar yang ramai dikunjungi para turis di Kairo.

Kairo adalah kota dengan ledakan populasi sebesar 90 juta jiwa. Sejumlah keluarga telah tinggal di Pekuburan Kairo, tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota, selama lebih dari tiga generasi. Nassra Muhamed Ali (47) mengatakan, “Tinggal dengan orang mati sangat mudah dan nyaman. Orang-orang hidup yang tinggal dengan Anda lah yang dapat membahayakan Anda.”

Nassra tinggal di sana bersama dua orang saudara laki-lakinya dan saudara perempuannya yang berusia 16 tahun. Namun, Nassra mengungkapkan, lingkungan yang relatif damai dan tenang memiliki sisi buruk sendiri.  

Beberapa orang dari luar lingkungan menggunakan pemakaman untuk transaksi narkoba, pencurian juga menjadi masalah di sini, katanya. Orang tua Nassra pindah ke wilayah tersebut setelah mereka menikah dan bekerja sebagai perawat pemakaman.

Beberapa orang pindah ke wilayah itu setelah terusir dari pusat Kairo di tahun 1950-an. Ini adalah lokasi pemakaman tua di kota, sudah ada kira-kira sejak 1000 tahun silam, yang dekat dengan Masjid Al-Azhar.   

Banyak orang-orang terkenal yang dikubur di pemakaman ini, salah satunya adalah aktor terkenal Farid al-Atrash dan saudara perempuannya Asmahan, yang  bermain dalam film-film layar lebar Mesir sampai 1960-an.

Perawat makam umumnya mendapat sekitar 150 pound Mesir atau sekitar Rp263 ribu untuk masing-masing penggalian kuburan baru keluarga kurang mampu.

Sementara untuk pelanggan kaya, mereka mendapat sekitar Rp707 - 885 ribu, kata masyarakat seperti dilaporkan Reuters. Penggali kuburan menerima sekitar 50-70 pound Mesir atau sekitar Rp88-123 ribu.

Pemakaman juga menyambung hidup para pedagang kaki lima, termasuk tukang cukur yang mencukur penduduk sebelum ibadah Salat Jumat. Hisham pembuat karpet datang ke wilayah tersebut sekitar 45 tahun lalu bersama ibunya. Sejak saat itu, dia bekerja untuk membiayai pendidikan keempat anaknya. Salah seorangnya kini adalah sarjana IT. (win/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER