Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam bangunan sederhana di jalan yang tenang, tak jauh dari hiruk pikuk stasion kereta api Florence Santa Maria Novella, berdiri salah satu toko farmasi juga toko kosmetik tertua di dunia.
Seperti dilansir dari CNN, Prachi Joshi seorang pengunjung berjalan melewati toko farmasi dan kosmetik Officina Profumo-Farmaceutica di Santa Maria Novella itu.
Bangunannya yang polos tidak memberikan firasat, ada harta aromatik berharga di dalam toko berusia 600 tahun tersebut. Resep kuno untuk membuat parfum modern dan produk perawatan kulit terus dipertahankan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Produk parfum Santa Maria Novella yang masih memakai resep kuno berumur ratusan tahun mereka. (CNN Indonesia internet/ Dok. smnovella.it) |
Melangkah ke dalam, Joshi ditelan aroma kuat bunga dan rempah-rempah. Suasana itu mengingatkan Joshi pada sebuah istana dengan chandelier rumit dengan banyak tirai serta diisi oleh furnitur abad ke-18 dan pencahayaan lembut.
Deretan rak halus diisi oleh botol beraroma ramuan manis, cairan berwarna-warni, eau de cologne, sabun, dan krim. Di belakang meja, pramuniaga berpakaian klasik membantu pasangan tua Amerika memilih antar lavender bunga dan sabun tembakau.
Karyawan toko bersikeras siapa pun diperbolehkan membaca dengan teliti benda-benda beraroma harum di sana.
“Ini adalah ruang bebas, bukan toko mewah di mana pelanggan berpakaian tanpa cela, Anda boleh berjalan memakai celana pendek,” kata Gianluca Foa, direktur komersial apotek saat memberikan tur lokal.
Foa menjamu para tamu sambil bercerita sejarah tempat tersebut. Biarawan Dominika berlabuh di Florence di awal abad ke-13. Mereka mengubah gereja Santa Maria Novella, yang kemudian dikenal sebagai Santa Maria delle Vigne menjadi sebuah biara.
Mereka membuat apotek di biara yang letaknya berdampingan, lalu berbudidaya tanaman obat dan menciptakan minyak balsem, salep, dan obat herbal lainnya untuk rumah sakit biara.
Pandemi Black Death menyerang Eropa pada abad pertengahan ke-14, memusnahkan sekitar 70 persen populasi Florence. Saat itu, para biarawan mulai membuat air mawar sulingan sebagai antiseptik untuk mendisinfeksi rumah.
“Acqua di Rose masih jadi salah satu produk terlaris kami. Tentu saja sekarang air tersebut digunakan sebagai cairan toner dan parfum bukan disinfektan,” kata Foa.
Ada deretan botol berisi minuman berwarna-warni, yang merah tua disebut Alkermes. Botol tersebut mengeluarkan aroma pedas cengkeh dan kayu manis. Tertulis, bunga jeruk adalah bahan utamanya.
“Warna merah berasal dari Coccinella (kepik), yang dikeringkan, ditumbuk dan digunakan sebagai pewarna alami, sesuai dengan resep kuno,” ucap Foa menjelaskan.
Para biarawan membuat minuman dan ramuan tumbuhan dan rempah-rempah itu. Mereka mengonsumsinya sebagai obat-obatan di rumah sakit.
Alkermes diberikan untuk ibu yang baru pulih setelah persalinan. Sekarang, zat itu dipakai pewarna makanan untuk hidangan penutup di Italia, zuppa inglese.
Elisir berwarna emas dari Tiongkok dengan kina digunakan sebagai ramuan obat demam malaria. Dewasa ini, cairan yang agak pahit itu sering disajikan hangat-hangat dengan kulit lemon sebagai minuman setelah makan malam.
Apotek ini sangat dikenal pada awal abad ke-16. Salah satunya berkat Catherine de Medici, putri bangsawan Renaissance Florence. Untuk memperingati pernikahannya dengan Henry II, calon raja Perancis, para biarawan dari Santa Maria Novella menciptakan parfum khusus, Acqua Della Regina yang berarti 'air para ratu'.