Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi Barongsai di tempat umum memang selalu menjadi penarik perhatian setiap jelang Imlek. Bak menu utama dari perayaan Tahun Baru China, Barongsai banyak dianggap sebagai atraksi tarian kebudayaan masyarakat Tiongkok. Padahal, ada sejarah khusus pada sosok singa yang pandai menari itu.
Setidaknya, ada dua versi mengenai asal-usul Barongsai. Pada versi pertama diceritakan bahwa kesenian barongsai mulai populer di masa Dinasti Nan-Bei pada 420-289 Masehi. Kala itu, pasukan Raja Song Wen kelimpungan menghadapi serangan pasukan gajah Fan Yang dari Negeri Lin Yi.
Panglima Zhong Que dari pasukan Nan Bei kemudian berinisiatif membuat boneka tiruan yang membentuk singa untuk mengusir tentara gajah. Dengan berbekal boneka dan lampu, Zhong Que berhasil membuat tentara Lin Yi ketakutan.
Boneka tiruan itu dianggap naga dengan bola api yang muncul di malam hari. Sejak saat itu, boneka Barongsai menjadi legenda. Namun, ada versi lain juga yang menceritakan sejarah Barongsai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alkisah, zaman dahulu kala ada makhluk besar yang keluar setiap tahun dan disebut Nien. Sekalinya ia keluar, ia akan memangsa semua orang yang ada," kata Jacky Sjarif, pengurus kelompok barongsai Kong Ha Hong saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Lalu ada seorang sakti yang melihat Nien ini takut terhadap sesuatu yang merah, suara gaduh, dan api. Lalu dibuatnya makhluk tandingan berupa Barongsai ini. Setiap tahun ketika Nien keluar, maka Barongsai akan muncul untuk menakuti agar penduduk tidak dimangsa. Semakin lama, Nien tidak lagi muncul karena ada Barongsai," ujarnya.
Dari sana, kata Jacky, ucapan Kuo Nien yang berarti 'Selamat karena tidak dimangsa Nien' menjadi ucapan saat Imlek. Sedangkan, pemberian angpao kepada Barongsai diartikan sebagai bentuk terima kasih karena sudah menyelamatkan banyak orang.
Dengan sejarah legenda itu, Barongsai pun dimaknai untuk mengusir dan mencegah masyarakat Tiongkok terkena dari sesuatu yang buruk.
Budaya yang Menjadi OlahragaBarongsai dikenal dalam dua jenis tarian utama, yaitu Singa Utara dan Singa Selatan. Tarian Singa Utara memiliki penampilan lebih mirip singa dibandingkan Singa Selatan yang punya sisik juga jumlah kaki lebih variatif, antara dua dan empat. Tak hanya itu, Singa Selatan juga memiliki sebuah tanduk.
Tarian ini telah meloncat lincah sejak ratusan tahun silam. Bukan hanya di dataran Tiongkok, tetapi hingga ke Indonesia. Diperkirakan Barongsai masuk ke Indonesia pada Abad ke-17 ketika terjadi migrasi besar-besaran dari Tiongkok Selatan.
Di Indonesia, tarian Barongsai memiliki masa kejayaan ketika ada perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Namun, aktivitas tersebut terhenti setelah meletusnya insiden Gerakan 30 September yang menimbulkan sentimen negatif terhadap komunis, dan etnis Tionghoa. Hal itu terus berlanjut selama 32 tahun kepemimpinan Presiden Soeharto
Kelahiran reformasi 1998 menjadi titik awal bagi Barongsai untuk kembali menari mengusir aura jahat.
Termasuk yang terjadi pada perkumpulan Kong Ha Hong. Pada 17 Agustus 1999 menjadi hari bersejarah bagi perkumpulan ini karena saat itu merupakan momen pertama kalinya mereka dapat beratraksi kembali setelah 32 tahun dilarang.
"Saya masih jadi pemain saat 1999 itu. Begitu ganti presiden, Barongsai kami tampil atas sebuah undangan di Pantai Indah Kapuk," kata Jacky yang kini menjabat sebagai manajer tim barongsai yang telah tiga kali dinobatkan sebagai juara dunia itu.
Keleluasaan menari Barongsai ketika Imlek dirasakan saat masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid. Sejak itu, Barongsai pun menjadi unsur yang diakui dan sesuatu yang khas jelang Tahun Baru China di Indonesia.
Meski tersendat, perjalanan itu membuat Barongsai kini diakui sebagai salah satu cabang olahraga di Indonesia.
Dengan berdirinya Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) pada 2014 lalu, Barongsai bukan hanya sekedar tontonan di kala Imlek, tapi juga sebagai olahraga yang dapat dipertandingkan.
"Barongsai ini murni olahraga dan sudah resmi diakui KONI di akhir 2014. Aslinya, Barongsai ini bermain di atas tonggak kayu dengan ketinggian 80 centimeter hingga 2,8 meter," kata Jacky. "Targetnya di PON 2020 sudah resmi jadi cabang olahraga dan dipertandingkan, ke depannya akan masuk SEA Games lalu Olimpiade."
Jacky pun menilai, ada banyak yang dapat dipelajari dalam Barongsai. Paling tidak belajar kuda-kuda, kekuatan kaki dan tangan dan keseimbangan menjadi ilmu pertama yang didapatkan.
(meg)