Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria tampak serius memperhatikan gerakan pemain barongsai Kong Ha Hong yang tampil menghibur penonton di Senayan City, beberapa waktu lalu.
Kong Ha Hong adalah sebuah kelompok pemain barongsai yang cukup terkenal, kelompok ini telah menjadi juara dunia barongsai tiga kali berturut-turut.
Pria dengan perut tambun itu sesekali didatangi oleh seorang pemain dan tampak berdiskusi dengan serius. Dengan gulungan kertas yang ada di tangannya, ia memperhatikan penampilan barongsai yang lincah diiringi gaduhnya tambur, gong, dan simbal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu pemain barongsai Kong Ha Hong, sekarang saya manajer dari Kong Ha Hong," kata pria bernama Jacky Sjarif itu.
Jacky tampak semangat menceritakan bagaimana setiap tahunnya ia datang dari pusat perbelanjaan satu ke yang lainnya untuk menemani timnya tampil.
"Saya sendiri sudah 17 tahun tidak pernah merayakan Imlek dengan keluarga," kata Jacky.
Setiap tahunnya -sejak Barongsai diizinkan kembali tampil di depan publik pada 1999, Jacky keliling membawa tarian Singa yang berasal dari leluhurnya itu. Meski harus melewatkan Imlek bersama keluarga, tapi dia tak merasa menyesal.
Baginya, tampil membawa Barongsai di saat Imlek adalah sebuah kebanggaan.
"Kami selalu menanamkan ke anak-anak pemain, ini adalah sebuah kehormatan. Ketika yang lain merayakan Imlek bersama keluarganya, kami justru menghibur mereka. Ini kan sebuah kehormatan bagi kami," kata Jacky.
"Selama ini orang selalu merasa harus dihibur, tapi di saat Imlek, momen yang penting bagi kami, kami yang menghibur mereka. Saya bilang kepada anak-anak, 'Jangan takut, kalau dibilang Imlek itu harus bersama keluarga, tim ini keluarga kalian'. Itu yang saya ajarkan," katanya.
Lahir dari keluarga yang memang melestarikan barongsai, Jacky jelas memahami makna keberadaan Barongsai dalam budaya Tionghoa.
"Dahulu pun ketika Papi saya masih main barongsai, kami yang menanyakan Papi main di mana biar disamper, biasanya begitu," kata Jacky sembari tertawa. "Sekarang ketika anak-anak tampil, keluarganya pada nanya ke anak atau ke saya main di mana. Jadi keluarga datang ke lokasi, kumpul sebentar saat istirahat sembari makan bersama, lalu ya sudah pisah lagi untuk tampil."
Bukan tanpa protes Jacky menjalani kehidupan sebagai pemain dan pengurus barongsai yang selama 17 tahun terakhir tak diam di rumah untuk merayakan Imlek. Keluarganya pun pernah mengeluhkan hal yang sama, seperti dulu ia mengeluh kepada Ayahnya. Jadwal tampil yang sangat padat menjadi penyebabnya.
Jacky menunjukkan kepada CNNIndonesia.com jadwal Kong Ha Hong yang nyaris tak dapat dipercaya. Dalam satu waktu yang sama, tim ini dapat memiliki jadwal pentas di beberapa lokasi yang berbeda.
Kong Ha Hong diketahui memiliki tujuh kelompok. Dalam satu hari, satu kelompok bisa berpindah tempat hingga tiga kali. Jadwal semakin padat ketika di malam Imlek dan tepat di hari Imlek.
"Bayangkan saja, di malam Imlek kami pukul 22.00 masih pentas. Di hari Imleknya, pukul 06.00 kami sudah harus pentas. Jadi tidur hanya empat sampai lima jam, pukul 05.00 pagi kami harus keluar untuk tampil. Jadi tidak sempat bertemu keluarga," kenang Jacky sembari tertawa.
"Itu suka dukanya. Kami memang senang menghibur orang. Meski banyak anggota tim yang masih sekolah, yang penting mereka senang. Sekolah dan kebersamaan dengan keluarga selalu kami jaga juga. Para orang tua sejauh ini percaya menitipkan anaknya di sini karena lebih baik bermain barongsai dibanding terkena yang buruk-buruk," kata Jacky.
Dia menjelaskan, untuk menjadi pemain barongsai, anak-anak muda yang ingin bergabung dilarang untuk merokok, minum alkohol, apalagi menggunakan narkotik.
Konsisten Latihan Meski Tak Ada Tawaran TampilKetatnya peraturan untuk para pemain ternyata juga terlihat dari jadwal latihan yang mereka punya. Jacky mengaku bahwa Kong Ha Hong termasuk dari kelompok yang rutin berlatih baik itu di saat ada tawaran tampil atau tidak.
Rutinitas berlatih yang dilakukan akhirnya mendulang prestasi. Dalam sebuah kejuaraan Barongsai tingkat dunia yang diadakan setiap dua tahun sekali di Genting, Malaysia, kelompok yang bermarkas di kawasan Pinangsia ini telah menggondol tiga piala.
"Rahasia jadi juara dunia itu konsistensi. Kami berlatih tiga kali sepekan ada atau tidak ada pentas. Kebanyakan kelompok baru berlatih ketika ada panggilan, kapan pun kami siap tampil," kata Jacky.
Dalam latihan pun Kong Ha Hong memperhatikan kondisi anggota dan juga lingkungannya. Kawasan Bandengan, Jakarta Barat, menjadi pilihan mereka.
"Sulit kalau berlatih Barongsai di tengah kota, berisik," kata Jacky sembari tertawa. "Bisa-bisa malah diprotes warga, makanya kami mencari gudang tua biar tenang. Lagipula kami latihannya malam, karena anak-anak sekolah dan ada yang kerja juga. Tapi kalau mereka tengah ada ujian, mereka dilarang latihan sebelum ujiannya kelar, jangan sampai urusan sekolah terbengkalai," ujarnya.
(meg)